spot_img
spot_img

Becak Parkir Memblokir Akses Masuk Museum, Pilih Relokasi Becak atau Museum?

spot_img

Radartuban.jawapos.com – Museum Kambang Putih Tuban sebenarnya bisa menjadi wisata yang menarik untuk dikunjungi. Sayangnya, wisata edukasi sejarah di Jalan Kartini 3, Tuban itu sulit diakses.

Tidak tertibnya parkir becak peziarah Sunan Bonang sering kali menyulitkan pengunjung yang ingin masuk ke area wisata. Jika ingin wisata edukasi sejarah ini terus hidup, harus ada solusi konkret untuk menyelesaikannya.

Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga, serta Pariwisata (Disdbudporapar) Tuban M. Emawan Putra mengaku sudah sering rapat untuk membahas solusi pintu masuk museum yang sulit diakses.

Menurut dia, solusi becak angkutan peziarah makam wali Allah di depan pintu Museum Kambang Putih membutuhkan kerja sama lintas organisasi perangkat daerah (OPD).

‘’Sudah ada berbagai solusi, hanya tunggu eksekusi,’’ ungkapnya.

Wawan sapaan akrabnya, membeberkan sejumlah solusi tersebut. Pertama relokasi museum. Dia mengatakan, pindahnya lokasi museum ke lokasi dengan akses yang lebih mudah menjadi salah satu solusi agar wisata milik pemkab tersebut bisa bertahan.

‘’Relokasi bisa dipindah ke bangunan baru atau bangunan lama yang tidak terpakai. Ini solusi paling konkret, tapi membutuhkan biaya besar,’’ tutur lulusan Universitas Pembangunan Nasional Jatim itu.

Solusi kedua, relokasi para tukang becak. Perpindahan tukang becak ke sisi utara museum, kata dia, pernah diwacanakan. Hanya saja, untuk realisasinya butuh kerja sama dengan dinas lingkungan hidup dan perhu bungan (DLHP) dan dinas koperasi UKM dan perdagangan setempat. Sebab, hal itu terkait penataan transportasi dan UKM yang membutuhkan sinergi lintas OPD.

‘’Jika tidak bekerja sama, sulit untuk menuntaskan persoalan ini,’’ tegasnya.

Mantan inspektur Inspektorat Wilayah IV Tuban ini mengatakan, solusi yang bisa direalisasikan dalam waktu dekat adalah membuat red zone. Zona merah tersebut berupa cat di atas aspal sebagai pembatasan sekaligus barikade agar becak tidak parkir di depan pintu museum. Solusi ini paling realistis untuk diwujudkan dalam waktu dekat.

‘’Harus ditata pelan-pelan dengan sosialisasi OPD yang membidangi agar becak bisa lebih tertata,’’ kata dia. (yud/ds)

Radartuban.jawapos.com – Museum Kambang Putih Tuban sebenarnya bisa menjadi wisata yang menarik untuk dikunjungi. Sayangnya, wisata edukasi sejarah di Jalan Kartini 3, Tuban itu sulit diakses.

Tidak tertibnya parkir becak peziarah Sunan Bonang sering kali menyulitkan pengunjung yang ingin masuk ke area wisata. Jika ingin wisata edukasi sejarah ini terus hidup, harus ada solusi konkret untuk menyelesaikannya.

Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga, serta Pariwisata (Disdbudporapar) Tuban M. Emawan Putra mengaku sudah sering rapat untuk membahas solusi pintu masuk museum yang sulit diakses.

Menurut dia, solusi becak angkutan peziarah makam wali Allah di depan pintu Museum Kambang Putih membutuhkan kerja sama lintas organisasi perangkat daerah (OPD).

‘’Sudah ada berbagai solusi, hanya tunggu eksekusi,’’ ungkapnya.

- Advertisement -

Wawan sapaan akrabnya, membeberkan sejumlah solusi tersebut. Pertama relokasi museum. Dia mengatakan, pindahnya lokasi museum ke lokasi dengan akses yang lebih mudah menjadi salah satu solusi agar wisata milik pemkab tersebut bisa bertahan.

‘’Relokasi bisa dipindah ke bangunan baru atau bangunan lama yang tidak terpakai. Ini solusi paling konkret, tapi membutuhkan biaya besar,’’ tutur lulusan Universitas Pembangunan Nasional Jatim itu.

Solusi kedua, relokasi para tukang becak. Perpindahan tukang becak ke sisi utara museum, kata dia, pernah diwacanakan. Hanya saja, untuk realisasinya butuh kerja sama dengan dinas lingkungan hidup dan perhu bungan (DLHP) dan dinas koperasi UKM dan perdagangan setempat. Sebab, hal itu terkait penataan transportasi dan UKM yang membutuhkan sinergi lintas OPD.

‘’Jika tidak bekerja sama, sulit untuk menuntaskan persoalan ini,’’ tegasnya.

Mantan inspektur Inspektorat Wilayah IV Tuban ini mengatakan, solusi yang bisa direalisasikan dalam waktu dekat adalah membuat red zone. Zona merah tersebut berupa cat di atas aspal sebagai pembatasan sekaligus barikade agar becak tidak parkir di depan pintu museum. Solusi ini paling realistis untuk diwujudkan dalam waktu dekat.

‘’Harus ditata pelan-pelan dengan sosialisasi OPD yang membidangi agar becak bisa lebih tertata,’’ kata dia. (yud/ds)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img