spot_img
spot_img

Kirab Festival Papringan, Asal Muasal Desa Prunggahan Wetan di Era Majapahit

spot_img

Radartuban.jawapos.com – Festival Papringan ke-2 di Desa Prunggahan Wetan, Kecamatan Semanding yang berlangsung selama dua hari dan berakhir Minggu (19/6) diharapkan menjadi agenda wisata budaya di Tuban dan masuk dalam kalender tahunan Dinas Kebudayaan Pemuda dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Tuban.

Harapan tersebut kemarin (20/6) diajukan Kepala Desa Prunggahan Wetan Hari Winarko  kepada institusi tersebut.

‘’Acara ini tidak hanya uri-uri seni budaya, namun juga media ampuh untuk mengenalkan
sejarah desa kepada generasi sekarang. Utamanya anak-anak,’’ ujarnya kepada Jawa Pos Radar Tuban tadi malam.

Hari, panggilan akrabnya mengemukakan, acara budaya tersebut mendapat apresiasi yang
luar biasa dari masyarakat Prunggahan Wetan dan sekitarnya. Mereka antusias mengikuti seluruh rangkaian acara. Keterlibatan aktif sebagian besar masyarakat, kata dia, menjadi moral besar acara tersebut untuk lebih meriah pada tahun-tahun mendatang.

Kepala desa dua periode ini juga menyampaikan, Festival Papringan tidak hanya sekadar gebyar budaya. Festival tersebut juga berimbas menumbuhkan sektor ekonomi. Terbukti, selama pergelaran, penjual makanan—minuman laris manis. Pekerja seni mendapat masukan. Begitu juga persewaaan kostum, persewaan sound system, jasa rias, dan sektor lain.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Disbudporapar Tuban Moh. Emawan Putra sepakat dengan pengajuan Pemerintah Desa Prunggahan Wetan tersebut.

Emawan, panggilan akrabnya mengatakan, pengajuan tersebut perlu dibahas di internal instansinya. Seperti diketahui, Festival Papringan ke-2 berlangsung semarak. Festival terse but digelar untuk memperingati Hari Jadi Warunggahan yang ke-717.

Sabtu (18/6) malam, Festival Papringan mempertontonkan pertunjukan ludruk dari grup Karyo Budaya dari Semanding. Minggu (19/6) siang, festivasl ini menyajikan kirab budaya
yang diikuti lebih dari 700 peserta yang didominasi warga desa setempat. Kirab tersebut mengusung cerita tentang asal muasal Desa Prunggahan Wetan sebagai daerah Sima di era
Majapahit. Karena itu, banyak peserta mengenakan busana era kerajaan, seperti Dandang Wacana, Paduka Empungku Sri Buddha ketu, dan Patih Barat Ketigo. Tak sekadar berdandan, sebagian di antaranya juga menunggang kuda. (sab/ds)

Radartuban.jawapos.com – Festival Papringan ke-2 di Desa Prunggahan Wetan, Kecamatan Semanding yang berlangsung selama dua hari dan berakhir Minggu (19/6) diharapkan menjadi agenda wisata budaya di Tuban dan masuk dalam kalender tahunan Dinas Kebudayaan Pemuda dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Tuban.

Harapan tersebut kemarin (20/6) diajukan Kepala Desa Prunggahan Wetan Hari Winarko  kepada institusi tersebut.

‘’Acara ini tidak hanya uri-uri seni budaya, namun juga media ampuh untuk mengenalkan
sejarah desa kepada generasi sekarang. Utamanya anak-anak,’’ ujarnya kepada Jawa Pos Radar Tuban tadi malam.

Hari, panggilan akrabnya mengemukakan, acara budaya tersebut mendapat apresiasi yang
luar biasa dari masyarakat Prunggahan Wetan dan sekitarnya. Mereka antusias mengikuti seluruh rangkaian acara. Keterlibatan aktif sebagian besar masyarakat, kata dia, menjadi moral besar acara tersebut untuk lebih meriah pada tahun-tahun mendatang.

Kepala desa dua periode ini juga menyampaikan, Festival Papringan tidak hanya sekadar gebyar budaya. Festival tersebut juga berimbas menumbuhkan sektor ekonomi. Terbukti, selama pergelaran, penjual makanan—minuman laris manis. Pekerja seni mendapat masukan. Begitu juga persewaaan kostum, persewaan sound system, jasa rias, dan sektor lain.

- Advertisement -

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Disbudporapar Tuban Moh. Emawan Putra sepakat dengan pengajuan Pemerintah Desa Prunggahan Wetan tersebut.

Emawan, panggilan akrabnya mengatakan, pengajuan tersebut perlu dibahas di internal instansinya. Seperti diketahui, Festival Papringan ke-2 berlangsung semarak. Festival terse but digelar untuk memperingati Hari Jadi Warunggahan yang ke-717.

Sabtu (18/6) malam, Festival Papringan mempertontonkan pertunjukan ludruk dari grup Karyo Budaya dari Semanding. Minggu (19/6) siang, festivasl ini menyajikan kirab budaya
yang diikuti lebih dari 700 peserta yang didominasi warga desa setempat. Kirab tersebut mengusung cerita tentang asal muasal Desa Prunggahan Wetan sebagai daerah Sima di era
Majapahit. Karena itu, banyak peserta mengenakan busana era kerajaan, seperti Dandang Wacana, Paduka Empungku Sri Buddha ketu, dan Patih Barat Ketigo. Tak sekadar berdandan, sebagian di antaranya juga menunggang kuda. (sab/ds)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img