spot_img
spot_img

Deputi Seskab RI Apresiasi Program Center for Future of Work UMM

spot_img

Pemerintah terus menggalakkan pengembangan sumber daya manusia (SDM) untuk mencapai Indonesia Emas 2045. Menariknya, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sudah sejak lama menggalakkan SDM melalui program Center of Excellence (CoE) dan Center for Future of Work (CFW). Hal itu disampaikan Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Perekenomian RI Satya Bhakti Parikesit, S.H., M.M., LL.M. dalam diskusi pengembangan SDM di Kampus Putih UMM, Rabu (27/7).

Bhakti, sapaan akrabnya mengapresiasi langkah visioner UMM yang bertujuan menyiapkan SDM dengan skill yang sesuai dengan industri. Apalagi, sederet program CoE tersebut hadir sebelum Kemendikbud Ristek mencetuskan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Ia juga menilai upaya UMM itu sejalan dengan langkah pemerintah dalam menyongsong generasi emas 2045. ”Jujur, sebelum saya ke sini, yang saya dengar tentang UMM adalah prestasi-prestasinya. Saya juga penasaran, kira-kira keunggulan apa yang dimiliki UMM sehingga bisa mencapai beragam raihan membanggakan. Ternyata beberapa di antaranya adalah program UMM PASTI, CoE, dan CFW,” ujarnya.

Menurutnya, hal yang dilakukan UMM selama ini sudah berada dalam jalur yang tepat. Ini yang harus terus ditingkatkan dan dipromosikan dengan baik. Apalagi ini menjadi aspek penting yang dibutuhkan Indonesia saat ini.

Dalam mencapai Indonesia Emas 2045, kata Bhakti, Indonesia harus bisa menekan angka pengangguran. Pun dengan menyiapkan lapangan kerja minimal 2,5 juta tiap tahun serta investasi yang harus berada di atas enam persen. Sayangnya, sebagian besar tingkat pendidikan dan kompetensi SDM Indonesia kurang memadai.

Padahal, pada rentang waktu 2021-2024, penambahan kebutuhan tenaga kerja Indonesia mencapai 7.365.011 orang atau sekitar 2.455.004 per tahun. Tiga sektor tertinggi yang menyumbang adalah pertanian, perdagangan besar, dan industri pengolahan. Belum lagi jumlah kebutuhan pelatihan bersertifikat yang kian meningkat.

Untuk mengatasinya, lanjut Bhakti, pemerintah menerapkan dua kunci utama. Pertama, perbaikan sistem pendidikan. Utamanya revitalisasi sistem pendidikan vokasi yang sesuai dengan kebutuhan industri. Menariknya, langkah ini sudah dilakukan UMM melalui inovasi CoE dan CFW yang berkolaborasi bersama dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Kedua, perkembangan teknologi dan peningkatan keterampilan para pekerja serta pencari kerja.

Bonus demografi juga menjadi aspek penting yang harus dikelola dengan baik. Menurut Bhakti, jika Indonesia gagal memanfaatkannya, maka impian dan cita-cita Indonesia Emas 2045 hanya akan menjadi angan belaka. Karena itu, untuk menjadi Indonesia Emas 2045 perlu inovasi, lompatan tak biasa, dan terobosan baru.

“Negara Brazil sudah terlebih dahulu melewati bonus demografi. Sayang, pengelolaannya kurang baik sehingga hasilnya kurang maksimal. Tentu hal ini harus kita hindari agar Indonesia mampu menjadi negara yang lebih baik,” tegasnya.

Bhakti juga memaparkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), khususnya KEK Singhasari yang bertujuan membangun wilayah melalui pendekatan regional. Menariknya, kawasan tersebut memberikan berbagai kemudahan seperti fasilitas, relaksasi aturan, hingga insentif fiskal. Hal itu dilakukan untuk menarik investor sekaligus memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar. Juga berkontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

“Saya juga sempat ngobrol dengan CEO KEK Singhasari untuk tidak melepaskan UMM dalam pengembangan CFW di kawasan terkait. Apalagi dengan visi dan program menarik yang dimiliki Kampus Putih. Tujuannya tentu untuk mencetak generasi cakap dan mampu berbuat banyak di masa yang akan datang,” tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Rektor UMM Dr. Fauzan, M.Pd. menegaskan, CoE UMM tidak akan berhenti di tengah jalan, namun terus berinovasi dan memberikan program-program baru demi melahirkan mahasiswa dan alumni yang mumpuni. Upaya tersebut menjadi bagian dari napas UMM untuk mengantarkan anak didik menuju masa depan yang cerah.

“CoE ini menjadi terobosan UMM yang ikonik dan harus terus kita galakkan. Semoga diskusi pada hari ini bisa memberikan pencerahan dan membuka wawasan sebagai modal mengembangkan kurikulum dan SDM. Baik untuk UMM maupun untuk Indonesia,” kata Fauzan.

Fauzan juga mengemukakan rencana menghapus berbagai konotasi dalam dunia pendidikan yang mengalami degradasi makna. Salah satunya sebutan magang yang akan diganti dengan praktik kerja profesional (PKP). Menurutnya, saat ini istilah magang seakan-akan menjadi second class dan seringkali diperlakukan kurang bagus. (*/ds)

Pemerintah terus menggalakkan pengembangan sumber daya manusia (SDM) untuk mencapai Indonesia Emas 2045. Menariknya, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sudah sejak lama menggalakkan SDM melalui program Center of Excellence (CoE) dan Center for Future of Work (CFW). Hal itu disampaikan Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Perekenomian RI Satya Bhakti Parikesit, S.H., M.M., LL.M. dalam diskusi pengembangan SDM di Kampus Putih UMM, Rabu (27/7).

Bhakti, sapaan akrabnya mengapresiasi langkah visioner UMM yang bertujuan menyiapkan SDM dengan skill yang sesuai dengan industri. Apalagi, sederet program CoE tersebut hadir sebelum Kemendikbud Ristek mencetuskan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Ia juga menilai upaya UMM itu sejalan dengan langkah pemerintah dalam menyongsong generasi emas 2045. ”Jujur, sebelum saya ke sini, yang saya dengar tentang UMM adalah prestasi-prestasinya. Saya juga penasaran, kira-kira keunggulan apa yang dimiliki UMM sehingga bisa mencapai beragam raihan membanggakan. Ternyata beberapa di antaranya adalah program UMM PASTI, CoE, dan CFW,” ujarnya.

Menurutnya, hal yang dilakukan UMM selama ini sudah berada dalam jalur yang tepat. Ini yang harus terus ditingkatkan dan dipromosikan dengan baik. Apalagi ini menjadi aspek penting yang dibutuhkan Indonesia saat ini.

Dalam mencapai Indonesia Emas 2045, kata Bhakti, Indonesia harus bisa menekan angka pengangguran. Pun dengan menyiapkan lapangan kerja minimal 2,5 juta tiap tahun serta investasi yang harus berada di atas enam persen. Sayangnya, sebagian besar tingkat pendidikan dan kompetensi SDM Indonesia kurang memadai.

Padahal, pada rentang waktu 2021-2024, penambahan kebutuhan tenaga kerja Indonesia mencapai 7.365.011 orang atau sekitar 2.455.004 per tahun. Tiga sektor tertinggi yang menyumbang adalah pertanian, perdagangan besar, dan industri pengolahan. Belum lagi jumlah kebutuhan pelatihan bersertifikat yang kian meningkat.

- Advertisement -

Untuk mengatasinya, lanjut Bhakti, pemerintah menerapkan dua kunci utama. Pertama, perbaikan sistem pendidikan. Utamanya revitalisasi sistem pendidikan vokasi yang sesuai dengan kebutuhan industri. Menariknya, langkah ini sudah dilakukan UMM melalui inovasi CoE dan CFW yang berkolaborasi bersama dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Kedua, perkembangan teknologi dan peningkatan keterampilan para pekerja serta pencari kerja.

Bonus demografi juga menjadi aspek penting yang harus dikelola dengan baik. Menurut Bhakti, jika Indonesia gagal memanfaatkannya, maka impian dan cita-cita Indonesia Emas 2045 hanya akan menjadi angan belaka. Karena itu, untuk menjadi Indonesia Emas 2045 perlu inovasi, lompatan tak biasa, dan terobosan baru.

“Negara Brazil sudah terlebih dahulu melewati bonus demografi. Sayang, pengelolaannya kurang baik sehingga hasilnya kurang maksimal. Tentu hal ini harus kita hindari agar Indonesia mampu menjadi negara yang lebih baik,” tegasnya.

Bhakti juga memaparkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), khususnya KEK Singhasari yang bertujuan membangun wilayah melalui pendekatan regional. Menariknya, kawasan tersebut memberikan berbagai kemudahan seperti fasilitas, relaksasi aturan, hingga insentif fiskal. Hal itu dilakukan untuk menarik investor sekaligus memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar. Juga berkontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

“Saya juga sempat ngobrol dengan CEO KEK Singhasari untuk tidak melepaskan UMM dalam pengembangan CFW di kawasan terkait. Apalagi dengan visi dan program menarik yang dimiliki Kampus Putih. Tujuannya tentu untuk mencetak generasi cakap dan mampu berbuat banyak di masa yang akan datang,” tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Rektor UMM Dr. Fauzan, M.Pd. menegaskan, CoE UMM tidak akan berhenti di tengah jalan, namun terus berinovasi dan memberikan program-program baru demi melahirkan mahasiswa dan alumni yang mumpuni. Upaya tersebut menjadi bagian dari napas UMM untuk mengantarkan anak didik menuju masa depan yang cerah.

“CoE ini menjadi terobosan UMM yang ikonik dan harus terus kita galakkan. Semoga diskusi pada hari ini bisa memberikan pencerahan dan membuka wawasan sebagai modal mengembangkan kurikulum dan SDM. Baik untuk UMM maupun untuk Indonesia,” kata Fauzan.

Fauzan juga mengemukakan rencana menghapus berbagai konotasi dalam dunia pendidikan yang mengalami degradasi makna. Salah satunya sebutan magang yang akan diganti dengan praktik kerja profesional (PKP). Menurutnya, saat ini istilah magang seakan-akan menjadi second class dan seringkali diperlakukan kurang bagus. (*/ds)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img