spot_img
spot_img

Tahukah Anda? Bus yang Melintas di Jalur Pantura Ternyata Tinggal 10 Persen

spot_img

Radartuban.jawapos.com – Beroperasinya jalan tol Solo-Ngawi-Kertosono-Surabaya sejak 2018 pelan-pelan ‘’mematikan’’ jalur pantai utara (pantura). Dikonfirmasi Jawa Pos Radar Tuban, Kepala Bidang Lalu Lintas Angkutan Jalan Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan (DLHP) Tuban Imam Isdarmawan menyebut, saat ini jalur pantura di Kabupaten Tuban hanya diramaikan lalu lintas kendaraan pribadi dan kendaraan angkutan barang. Sementara lalu lintas kendaraan angkutan penumpang seperti bus, sejak lima tahun terakhir sudah berkurang 90 persen.

‘’Tinggal 10 persen saja,’’ ujarnya kemarin (30/10).

Imam sapaannya, mengemukakan, kini bus melewati jalur pantura Tuban hanya tiga trayek. Yakni, Surabaya-Semarang, Surabaya-Jepara, dan Tuban-Jombang. Lima tahun silam masih ada bus trayek Tuban-Bojonegoro, Tuban-Malang, Semarang-Malang, Surabaya-Cirebon, Probolinggo-Cirebon, dan Surabaya-Jakarta.

‘’Semua bus lintas provinsi yang dulunya lewat pantura Tuban, kini beralih ke tol,’’ jelasnya.

Pejabat yang berdomisili di Kelurahan Banjarejo, Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro itu bisa memaklumi bus bertrayek lintas provinsi tersebut memilih jalan tol Solo-Ngawi-Kertosono-Surabaya dan meninggalkan jalur pantura Tuban. Itu karena efisiensi waktu.

‘’Sebagai dampak ya seperti sekarang ini. Pantura Tuban sepi bus. Rumah-rumah makan sebagai pendongkrak ekonomi masyarakat juga banyak yang tutup,’’ ujarnya.

Disinggung soal tol Tuban-Demak-Semarang yang rencananya mulai dibangun pada 2024-2025 mendatang,

Imam mengatakan, tentu jalan bebas hambatan tersebut kian menyusutkan jumlah kendaraan pribadi, angkutan penumpang, dan angkutan barang yang melintas di jalur pantura Tuban.

‘’Bahkan, bisa mati sama sekali,’’ tegas mantan kepala Seksi Rekayasa Lalu Lintas Dinas  Perhubungan Tuban itu.

Sepinya lalu lintas jalur pantura, kata Imam, mengancam perekonomian di sepanjang jalur yang pembangunannya diprakarsai Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman William Deandels pada 1808-1811 tersebut.

‘’Sektor ekonomi ja lanan itu yang paling perlu atensi,’’ tandasnya.

Karena itu, lanjut dia, sudah berkali-kali DLHP Tuban menyampaikan kepada Kementerian Pekerjaan Umum Penataan Ruang agar Kabupaten Tuban mendapat jatah lokasi rest area jalan tol Tuban-Demak-Semarang. Harapannya, para pelaku ekonomi yang mulanya berusaha di tepi jalur pantura, bisa pindah ke tempat peristirahatan tersebut.

‘’Isti lahnya relokasi,’’ pungkas alumni Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) Bekasi itu. (sab/ds)

Radartuban.jawapos.com – Beroperasinya jalan tol Solo-Ngawi-Kertosono-Surabaya sejak 2018 pelan-pelan ‘’mematikan’’ jalur pantai utara (pantura). Dikonfirmasi Jawa Pos Radar Tuban, Kepala Bidang Lalu Lintas Angkutan Jalan Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan (DLHP) Tuban Imam Isdarmawan menyebut, saat ini jalur pantura di Kabupaten Tuban hanya diramaikan lalu lintas kendaraan pribadi dan kendaraan angkutan barang. Sementara lalu lintas kendaraan angkutan penumpang seperti bus, sejak lima tahun terakhir sudah berkurang 90 persen.

‘’Tinggal 10 persen saja,’’ ujarnya kemarin (30/10).

Imam sapaannya, mengemukakan, kini bus melewati jalur pantura Tuban hanya tiga trayek. Yakni, Surabaya-Semarang, Surabaya-Jepara, dan Tuban-Jombang. Lima tahun silam masih ada bus trayek Tuban-Bojonegoro, Tuban-Malang, Semarang-Malang, Surabaya-Cirebon, Probolinggo-Cirebon, dan Surabaya-Jakarta.

‘’Semua bus lintas provinsi yang dulunya lewat pantura Tuban, kini beralih ke tol,’’ jelasnya.

Pejabat yang berdomisili di Kelurahan Banjarejo, Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro itu bisa memaklumi bus bertrayek lintas provinsi tersebut memilih jalan tol Solo-Ngawi-Kertosono-Surabaya dan meninggalkan jalur pantura Tuban. Itu karena efisiensi waktu.

- Advertisement -

‘’Sebagai dampak ya seperti sekarang ini. Pantura Tuban sepi bus. Rumah-rumah makan sebagai pendongkrak ekonomi masyarakat juga banyak yang tutup,’’ ujarnya.

Disinggung soal tol Tuban-Demak-Semarang yang rencananya mulai dibangun pada 2024-2025 mendatang,

Imam mengatakan, tentu jalan bebas hambatan tersebut kian menyusutkan jumlah kendaraan pribadi, angkutan penumpang, dan angkutan barang yang melintas di jalur pantura Tuban.

‘’Bahkan, bisa mati sama sekali,’’ tegas mantan kepala Seksi Rekayasa Lalu Lintas Dinas  Perhubungan Tuban itu.

Sepinya lalu lintas jalur pantura, kata Imam, mengancam perekonomian di sepanjang jalur yang pembangunannya diprakarsai Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman William Deandels pada 1808-1811 tersebut.

‘’Sektor ekonomi ja lanan itu yang paling perlu atensi,’’ tandasnya.

Karena itu, lanjut dia, sudah berkali-kali DLHP Tuban menyampaikan kepada Kementerian Pekerjaan Umum Penataan Ruang agar Kabupaten Tuban mendapat jatah lokasi rest area jalan tol Tuban-Demak-Semarang. Harapannya, para pelaku ekonomi yang mulanya berusaha di tepi jalur pantura, bisa pindah ke tempat peristirahatan tersebut.

‘’Isti lahnya relokasi,’’ pungkas alumni Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) Bekasi itu. (sab/ds)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img