spot_img
spot_img

Tuntut Transparansi Anggaran KKN, Mahasiswa Segel Kantor Rektorat IAINU Tuban

spot_img

Radartuban.jawapos.com – Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Tuban kembali bergolak. Kemarin (29/8), kurang lebih 30 mahasiswa menggelar aksi unjuk rasa menuntut transparansi anggaran KKN mahasiswa yang diduga bermasalah.

Aksi di depan kantor rektorat itu berlangsung hampir dua jam. Selain orasi, juga membentangkan banyak tuntutan dan ekspresi kekecewaan yang ditulis dalam banner dan krats plano. Diantaranya, IAINU Kampus Rentenir, Stop Komersialisasi Pendidikan; Lari ke Mana UKT Kami; Cukup Hatiku Saja yang Be rantakan, Rektorat Kampus Jangan!!!; hingga bermacam ekspresi kekecewaan lainnya.

Namun, hingga hampir dua jam tersebut tak ada respon dari pihak rektorat hingga menyulut amarah para mahasiswa yang menuntut transparansi anggaran KKN.

Merasa aspirasinya tidak digubris, para mahasiswa lantas melakukan sweeping. Amarah mahasiswa semakin membuncah kala tidak menemukan satu pun pihak rektorat di dalam kampus.

Setelah dipastikan tidak ada pihak rektorat yang merespon, para mahasiswa meluapkan amarahnya dengan menyegel kantor rektor.

Koordinator aksi Ahmad Wafa Amrillah mengungkapkan, pelaksanaan KKN IAINU Tuban tahun ini banyak keganjilan. Setidaknya, ada dua hal yang patut dipertanyakan, yakni atribut penanda peserta KKN yang tidak diberikan dan uang saku yang berkurang tidak wajar. Jika sebelumnya per kelompok menerima uang saku Rp 150 ribu per mahasiswa, kini diberikan secara global, yakni Rp 1,5 juta per kelompok dengan jumlah 15 mahasiswa.

‘’Jika dihitung, ada penurunan Rp 50 ribu per mahasiswa,’’ bebernya.

Ditegaskan Wafa—sapaan akrab Ahmad Wafa Amrillah, ketidakjelasan anggaran KKN dari kampus ini patut dicurigai. Sebab, pengelolaan anggaran KKN oleh pihak kampus sangat tidak wajar. Parahnya lagi, pihak kampus tidak berani transparan.

‘’Jika memang tidak ada masalah dan bisa dipertanggungjawabkan, tentu tidak perlu takut untuk transparan,’’ sindirnya kepada pihak kampus.

Harusnya, tegas Wafa, jika mahasiswa tidak mendapat atribut, maka ada ganti rugi dari pihak kampus. Namun nyatanya tidak ada. Sebaliknya, pihak kampus seakan memilih diam dan tidak merespon tuntutan mahasiswa.

‘’Tuntutan kami sederhana, keterbukaan pengelolaan anggaran KKN. Jika tidak ada masalah, kenapa tidak berani transparan,’’ ujarnya.

Ditegaskan mahasiswa semester tujuh ini, selama tidak ada jawaban dari pihak rektorat atas tuntutan yang disampaikan, aksi unjuk rasa lebih besar akan kembali digelar.

‘’Kami merasa tidak dihargai sama sekali, jadi kami akan tetap menuntut kejelasan dari rektor,’’ ancamnya.

Humas IAINU Tuban Sri Wiyono menegaskan, aksi yang digelar mahasiswa tersebut tidak jelas. Sebab tidak disertai dengan surat pemberitahuan kepada kampus.

‘’Siapa yang bertanggung jawab, dan yang dituntut apa, tidak jelas. Saya cek, juga tidak ada surat masuk mengenai aksi tersebut,’’ ujarnya.

Disampaikan Ono—sapaan akrabnya, jika memang aksi yang digelar mahasiswa niatnya baik, maka harus mengirim surat terlebih dahulu ke pihak kampus.

‘’Apakah ingin dialog, atau mau menyampaikan aspirasi, silahkan, ditentukan waktunya kapan, berapa orang yang akan aksi, kampus siap menerima,’’ tegasnya.

Lebih lanjut Ono menukaskan, apa yang disampaikan pengunjuk rasa belum tentu semua benar.

‘’Lebih baik ngomong yang gayeng, biar enak tanpa ada asumsi-asumsi atau dugaan yang seolah-olah benar,’’ tutupnya. (fud/tok)

Radartuban.jawapos.com – Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Tuban kembali bergolak. Kemarin (29/8), kurang lebih 30 mahasiswa menggelar aksi unjuk rasa menuntut transparansi anggaran KKN mahasiswa yang diduga bermasalah.

Aksi di depan kantor rektorat itu berlangsung hampir dua jam. Selain orasi, juga membentangkan banyak tuntutan dan ekspresi kekecewaan yang ditulis dalam banner dan krats plano. Diantaranya, IAINU Kampus Rentenir, Stop Komersialisasi Pendidikan; Lari ke Mana UKT Kami; Cukup Hatiku Saja yang Be rantakan, Rektorat Kampus Jangan!!!; hingga bermacam ekspresi kekecewaan lainnya.

Namun, hingga hampir dua jam tersebut tak ada respon dari pihak rektorat hingga menyulut amarah para mahasiswa yang menuntut transparansi anggaran KKN.

Merasa aspirasinya tidak digubris, para mahasiswa lantas melakukan sweeping. Amarah mahasiswa semakin membuncah kala tidak menemukan satu pun pihak rektorat di dalam kampus.

Setelah dipastikan tidak ada pihak rektorat yang merespon, para mahasiswa meluapkan amarahnya dengan menyegel kantor rektor.

- Advertisement -

Koordinator aksi Ahmad Wafa Amrillah mengungkapkan, pelaksanaan KKN IAINU Tuban tahun ini banyak keganjilan. Setidaknya, ada dua hal yang patut dipertanyakan, yakni atribut penanda peserta KKN yang tidak diberikan dan uang saku yang berkurang tidak wajar. Jika sebelumnya per kelompok menerima uang saku Rp 150 ribu per mahasiswa, kini diberikan secara global, yakni Rp 1,5 juta per kelompok dengan jumlah 15 mahasiswa.

‘’Jika dihitung, ada penurunan Rp 50 ribu per mahasiswa,’’ bebernya.

Ditegaskan Wafa—sapaan akrab Ahmad Wafa Amrillah, ketidakjelasan anggaran KKN dari kampus ini patut dicurigai. Sebab, pengelolaan anggaran KKN oleh pihak kampus sangat tidak wajar. Parahnya lagi, pihak kampus tidak berani transparan.

‘’Jika memang tidak ada masalah dan bisa dipertanggungjawabkan, tentu tidak perlu takut untuk transparan,’’ sindirnya kepada pihak kampus.

Harusnya, tegas Wafa, jika mahasiswa tidak mendapat atribut, maka ada ganti rugi dari pihak kampus. Namun nyatanya tidak ada. Sebaliknya, pihak kampus seakan memilih diam dan tidak merespon tuntutan mahasiswa.

‘’Tuntutan kami sederhana, keterbukaan pengelolaan anggaran KKN. Jika tidak ada masalah, kenapa tidak berani transparan,’’ ujarnya.

Ditegaskan mahasiswa semester tujuh ini, selama tidak ada jawaban dari pihak rektorat atas tuntutan yang disampaikan, aksi unjuk rasa lebih besar akan kembali digelar.

‘’Kami merasa tidak dihargai sama sekali, jadi kami akan tetap menuntut kejelasan dari rektor,’’ ancamnya.

Humas IAINU Tuban Sri Wiyono menegaskan, aksi yang digelar mahasiswa tersebut tidak jelas. Sebab tidak disertai dengan surat pemberitahuan kepada kampus.

‘’Siapa yang bertanggung jawab, dan yang dituntut apa, tidak jelas. Saya cek, juga tidak ada surat masuk mengenai aksi tersebut,’’ ujarnya.

Disampaikan Ono—sapaan akrabnya, jika memang aksi yang digelar mahasiswa niatnya baik, maka harus mengirim surat terlebih dahulu ke pihak kampus.

‘’Apakah ingin dialog, atau mau menyampaikan aspirasi, silahkan, ditentukan waktunya kapan, berapa orang yang akan aksi, kampus siap menerima,’’ tegasnya.

Lebih lanjut Ono menukaskan, apa yang disampaikan pengunjuk rasa belum tentu semua benar.

‘’Lebih baik ngomong yang gayeng, biar enak tanpa ada asumsi-asumsi atau dugaan yang seolah-olah benar,’’ tutupnya. (fud/tok)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img