spot_img
spot_img

OJK Dorong Pasar Modal untuk Perkuat UMKM

spot_img

SURABAYA, Radar Tuban-Pandemi Covid-19 memorakporandakan ekonomi nasional. Mengacu servei Asian Development Bank (ADB) pada Juli 2020 tercatat 50 persen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia menutup usahanya. Selebihnya 88 persen UMKM tidak lagi memiliki kas atau tabungan dan 60 persen UMKM mengurangi tenaga kerjanya.

Bank Indonesia juga memberikan catatan yang sama. Berdasarkan hasil survei institusi total 77,95 persen UMKM di Indonesia terdampak pandemi.

Fakta inilah yang dipaparkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 4 Surabaya pada diskusi bersama 30 awak media yang bertitel Ngobrol Santai Bareng Wartawan di The Westin Hotel Surabaya, Senin (23/5).

Untuk menyelamatkan kondisi tersebut, Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal 1A-OJK Luthfy Zain Fuady memaparkan, OJK mengeluarkan sejumlah kebijakan sebagai respons dampak pandemi. Mulai relaksasi pelaku industri pasar modal, pengendalian volatilitas dan menjaga kestabilan sistem keuangan, serta memberikan kemudahan perizinan dan penyampaian dokumen.

”Cobaan covid saat ini membuat beberapa indikator ekonomi di tahun 2020 mengalami penurunan, sehingga di tahun ini dilakukan perbaikan agar indikator naik dan recovery bisa lebih cepat,” ujarnya kepada wartawan dari media cetak, online, radio, dan televisi.

Pada acara tersebut hadir Kepala Kantor OJK Regional 4 Jawa Timur Bambang Mukti Riyadi dan Direktur Penilaian perusahaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna.

Di sesi sebelumnya, Bambang Mukti Riyadi menjabarkan kondisi Jawa Timur yang merupakan basis investasi kedua setelah Jakarta.

Dia mengatakan, Jawa Timur memiliki potensi karena nilai investasi dari tahun ke tahun terus meningkat. Jumlah investor Jatim saat ini tercatat di urutan kedua nasional atau mencapai 1,14 juta SID (single investor identification) dan menarik 60,29 persen pertumbuhan investor secara nasional. Menariknya, investor tersebut didominasi kalangan milenial usia di bawah 30 tahun.

Di bagian lain, Bambang juga menyampaikan potret Jatim yang merupakan provinsi penyumbang 14 persen pendapatan domestik bruto (PDB) nasional. Kelebihan lain dari provinsi yang dipimpin Khofifah Indar Parawansa ini adalah 70 persen penduduknya yang berusia produktif.

”Jawa Timur merupakan provinsi dengan PAD (pendapatan asli daerah) tertinggi dibanding provinsi lain di Indonesia,” tegasnya.

Bambang optimistis sepanjang tahun 2022 kinerja pasar modal masih mencatat pertumbuhan yang positif. Karena itu, tidak salah kalau tahun ini OJK menargetkan total dana yang terhimpun mencapai Rp 115 triliun.

Dia mengatakan, sejak pandemi bursa saham di Indonesia mengalami tren negatif. Hal ini tentu sangat menghawatirkan kondisi perekonomian nasional. Terlebih, menurut Kementerian Koperasi dan UMKM, Indonesia berkontribusi sebesar 61,07 persen terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) dan 97 persen terhadap penyerapan tenaga kerja.

Karena itu, OJK sebagai regulator berusaha untuk menyetabilkan. Di antaranya dengan mengeluarkan peraturan perundang-undangan agar pelaku usaha tetap bisa menjalankan bisnisnya.

I Gede Nyoman Yetna memaparkan kebijakan new ekonomi yang mampu mengakomodir perusahaan-perusahaan yang memiliki inovasi dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan teknologi informasi.

”Pasar modal diharapkan menjadi wahana rumah pertumbuhan bukan hanya untuk perusahaan besar, tetapi juga untuk perusahaan menengah kecil,” ujarnya. (ard/ds)

SURABAYA, Radar Tuban-Pandemi Covid-19 memorakporandakan ekonomi nasional. Mengacu servei Asian Development Bank (ADB) pada Juli 2020 tercatat 50 persen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia menutup usahanya. Selebihnya 88 persen UMKM tidak lagi memiliki kas atau tabungan dan 60 persen UMKM mengurangi tenaga kerjanya.

Bank Indonesia juga memberikan catatan yang sama. Berdasarkan hasil survei institusi total 77,95 persen UMKM di Indonesia terdampak pandemi.

Fakta inilah yang dipaparkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 4 Surabaya pada diskusi bersama 30 awak media yang bertitel Ngobrol Santai Bareng Wartawan di The Westin Hotel Surabaya, Senin (23/5).

Untuk menyelamatkan kondisi tersebut, Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal 1A-OJK Luthfy Zain Fuady memaparkan, OJK mengeluarkan sejumlah kebijakan sebagai respons dampak pandemi. Mulai relaksasi pelaku industri pasar modal, pengendalian volatilitas dan menjaga kestabilan sistem keuangan, serta memberikan kemudahan perizinan dan penyampaian dokumen.

”Cobaan covid saat ini membuat beberapa indikator ekonomi di tahun 2020 mengalami penurunan, sehingga di tahun ini dilakukan perbaikan agar indikator naik dan recovery bisa lebih cepat,” ujarnya kepada wartawan dari media cetak, online, radio, dan televisi.

- Advertisement -

Pada acara tersebut hadir Kepala Kantor OJK Regional 4 Jawa Timur Bambang Mukti Riyadi dan Direktur Penilaian perusahaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna.

Di sesi sebelumnya, Bambang Mukti Riyadi menjabarkan kondisi Jawa Timur yang merupakan basis investasi kedua setelah Jakarta.

Dia mengatakan, Jawa Timur memiliki potensi karena nilai investasi dari tahun ke tahun terus meningkat. Jumlah investor Jatim saat ini tercatat di urutan kedua nasional atau mencapai 1,14 juta SID (single investor identification) dan menarik 60,29 persen pertumbuhan investor secara nasional. Menariknya, investor tersebut didominasi kalangan milenial usia di bawah 30 tahun.

Di bagian lain, Bambang juga menyampaikan potret Jatim yang merupakan provinsi penyumbang 14 persen pendapatan domestik bruto (PDB) nasional. Kelebihan lain dari provinsi yang dipimpin Khofifah Indar Parawansa ini adalah 70 persen penduduknya yang berusia produktif.

”Jawa Timur merupakan provinsi dengan PAD (pendapatan asli daerah) tertinggi dibanding provinsi lain di Indonesia,” tegasnya.

Bambang optimistis sepanjang tahun 2022 kinerja pasar modal masih mencatat pertumbuhan yang positif. Karena itu, tidak salah kalau tahun ini OJK menargetkan total dana yang terhimpun mencapai Rp 115 triliun.

Dia mengatakan, sejak pandemi bursa saham di Indonesia mengalami tren negatif. Hal ini tentu sangat menghawatirkan kondisi perekonomian nasional. Terlebih, menurut Kementerian Koperasi dan UMKM, Indonesia berkontribusi sebesar 61,07 persen terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) dan 97 persen terhadap penyerapan tenaga kerja.

Karena itu, OJK sebagai regulator berusaha untuk menyetabilkan. Di antaranya dengan mengeluarkan peraturan perundang-undangan agar pelaku usaha tetap bisa menjalankan bisnisnya.

I Gede Nyoman Yetna memaparkan kebijakan new ekonomi yang mampu mengakomodir perusahaan-perusahaan yang memiliki inovasi dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan teknologi informasi.

”Pasar modal diharapkan menjadi wahana rumah pertumbuhan bukan hanya untuk perusahaan besar, tetapi juga untuk perusahaan menengah kecil,” ujarnya. (ard/ds)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img