spot_img
spot_img

Tiap Hari Macet, Mungkinkah Sepanjang Jalan Becak Ini Dipasang Median?

spot_img

TUBAN, Radar Tuban – Ratusan becak wisata Makam Sunan Bonang Tuban hampir tiap hari memadati sepanjang ruas Jalan KH Mustain—Jalan AKBP Suroko. Saking berjubelnya, dua lajur di sepanjang kedua ruas jalan protokol tersebut dipenuhi angkutan roda tiga tersebut.

Andik, salah seorang warga Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Tuban mengeluhkan kemacetan di kedua jalan tersebut berikut titik persimpangannya dengan jalan lain yang dipicu dari lalu lalang becak. Terutama Sabtu, Minggu, hari libur, dan momen tertentu.

”Kalau kondisi macetnya luar biasa, lebih baik hindari sepanjang jalan ini,” ujarnya saat ditemui Jawa Pos Radar Tuban kemarin (20/2).

Dia menyampaikan, sekali waktu mobil memaksa melintas di dua ruas jalan tersebut. Hampir bisa dipastikan kemacetan kian parah.

Padatnya aktivitas becak di sepanjang  Jalan KH Mustain—Jalan AKBP Suroko berikut titik persimpangannya dengan jalan lain tidak hanya memicu kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas di tengah kota.

Kondisi tersebut juga melumpuhkan aktivitas masyarakat, museum, perkantoran, dan sekolah di sepanjang jalur becak wisata tersebut. Terutama di sekitar titik pangkalan di ujung utara Jalan KH Mustain dan ujung selatan Jalan AKBP Suroko. Karena terhalang aktivitas ratusan becak yang mangkal, Museum Kambang Putih, SDN Kutorejo, dan SDN Kebonsari 2 kesulitan  mendapatkan akses keluar-masuk.

”Bisa dikatakan, aktivitas becak melumpuhkan aktivitasnya,” ujar pria 36 tahun itu.

Kondisi seperti ini, kata Andik, diperparah dengan banyaknya pengayuh becak yang tidak tertib dan kerap menerobos traffic light di simpang Jalan KH Mustain-—Jalan AKBP Suroko—Jalan Basuki Rachmad.

Andik memaklumi para pengayuh becak susah diatur. Itu karena latar belakang sosial—ekonomi mereka. Juga karena hal-hal teknis lain.

Menurut pantauan Jawa Pos Radar Tuban, karut-marutnya penataan lalu lintas di tengah perkotaan Tuban yang dipicu aktivitas becak wisata sudah berlangsung bertahun-tahun. Namun, hingga kini belum ada solusi dari pemerintah daerah untuk mengurai.

Nasir, salah satu pengayuh becak wisata mengakui banyaknya becak yang beroperasi menjadi pemicu kemacetan. Namun, dia memastikan kondisi tersebut tidak terjadi setiap hari dan hanya berlangsung pada akhir pekan dan musim liburan.

Di luar itu, dia mengklaim mobilitas ratusan becak yang mengangkut wisatawan rohani dari Terminal Wisata Kebonsari ke Makam Sunan Bonang dan sebaliknya lancar-lancar saja.

Nasir mengatakan, pemicu utama kemacetan  selama ini karena becak dari selatan berebut tempat mangkal. Setelah menurunkan penumpang di Terminal Wisata Kebonsari, para tukang becak mengayuh sekencang-kencangnya untuk berebut tempat mangkal di depan Museum Kambang Putih Tuban. Ketika beradu kecepatan, mereka mengabaikan marka jalan, bahkan  traffic light.

Siapa yang paling dulu sampai di pangkalan Red), akan cepat dapat penumpang lagi,” ujarnya.

Untuk menertibkan lalu lintas becak di sepanjang jalurnya, dia mengusulkan pembuatan kanalisasi atau pembatas berupa pagar di tengah jalan.

Kepala Bidang Lalu Lintas Angkutan Jalan Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan (DLH Hub) Tuban Imam Isdarmawan mengatakan, kemacetan dan kesemrawutan becak wisata memang menjadi pekerjaan rumahnya.

Namun, pekerjaan rumah tersebut, kata dia,  bukan hanya menjadi beban instansinya saja. Melainkan lintas sektoral.

Imam sapaannya menyampaikan, kemacetan lalu lintas yang terjadi di sepanjang jalan yang dilalui becak wisata dan titik persimpangannya dengan jalan lain tersebut karena satu rangkaian dengan kepariwisataan, perdagangan, dan swasta. Karena itu, upaya penertibannya harus dibahas dalam satu forum umum.

”Kalau tidak demikian, tidak efektif. Cenderung tidak menemukan solusi konkretnya,” tegas dia.  ujarnya.

Pejabat asal Bojonegoro ini mengemukakan, pembuatan median atau batas lajur di tengah jalan kurang memungkinkan. Pertimbangannya, karena sepanjang jalan yang dilalui becak wisata tersebut terlalu sempit.

”Dua lajur jalan tersebut akan semakin sempit jika ada mediannya,” terangnya.

Selain itu, lanjut Imam, median jalan akan menyulitkan warga yang tinggal di sepanjang jalan tersebut. Terlebih, kawasan tersebut termasuk padat penduduk dan berderet tempat usaha, seperti warung dan toko. (sab/ds)

TUBAN, Radar Tuban – Ratusan becak wisata Makam Sunan Bonang Tuban hampir tiap hari memadati sepanjang ruas Jalan KH Mustain—Jalan AKBP Suroko. Saking berjubelnya, dua lajur di sepanjang kedua ruas jalan protokol tersebut dipenuhi angkutan roda tiga tersebut.

Andik, salah seorang warga Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Tuban mengeluhkan kemacetan di kedua jalan tersebut berikut titik persimpangannya dengan jalan lain yang dipicu dari lalu lalang becak. Terutama Sabtu, Minggu, hari libur, dan momen tertentu.

”Kalau kondisi macetnya luar biasa, lebih baik hindari sepanjang jalan ini,” ujarnya saat ditemui Jawa Pos Radar Tuban kemarin (20/2).

Dia menyampaikan, sekali waktu mobil memaksa melintas di dua ruas jalan tersebut. Hampir bisa dipastikan kemacetan kian parah.

Padatnya aktivitas becak di sepanjang  Jalan KH Mustain—Jalan AKBP Suroko berikut titik persimpangannya dengan jalan lain tidak hanya memicu kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas di tengah kota.

- Advertisement -

Kondisi tersebut juga melumpuhkan aktivitas masyarakat, museum, perkantoran, dan sekolah di sepanjang jalur becak wisata tersebut. Terutama di sekitar titik pangkalan di ujung utara Jalan KH Mustain dan ujung selatan Jalan AKBP Suroko. Karena terhalang aktivitas ratusan becak yang mangkal, Museum Kambang Putih, SDN Kutorejo, dan SDN Kebonsari 2 kesulitan  mendapatkan akses keluar-masuk.

”Bisa dikatakan, aktivitas becak melumpuhkan aktivitasnya,” ujar pria 36 tahun itu.

Kondisi seperti ini, kata Andik, diperparah dengan banyaknya pengayuh becak yang tidak tertib dan kerap menerobos traffic light di simpang Jalan KH Mustain-—Jalan AKBP Suroko—Jalan Basuki Rachmad.

Andik memaklumi para pengayuh becak susah diatur. Itu karena latar belakang sosial—ekonomi mereka. Juga karena hal-hal teknis lain.

Menurut pantauan Jawa Pos Radar Tuban, karut-marutnya penataan lalu lintas di tengah perkotaan Tuban yang dipicu aktivitas becak wisata sudah berlangsung bertahun-tahun. Namun, hingga kini belum ada solusi dari pemerintah daerah untuk mengurai.

Nasir, salah satu pengayuh becak wisata mengakui banyaknya becak yang beroperasi menjadi pemicu kemacetan. Namun, dia memastikan kondisi tersebut tidak terjadi setiap hari dan hanya berlangsung pada akhir pekan dan musim liburan.

Di luar itu, dia mengklaim mobilitas ratusan becak yang mengangkut wisatawan rohani dari Terminal Wisata Kebonsari ke Makam Sunan Bonang dan sebaliknya lancar-lancar saja.

Nasir mengatakan, pemicu utama kemacetan  selama ini karena becak dari selatan berebut tempat mangkal. Setelah menurunkan penumpang di Terminal Wisata Kebonsari, para tukang becak mengayuh sekencang-kencangnya untuk berebut tempat mangkal di depan Museum Kambang Putih Tuban. Ketika beradu kecepatan, mereka mengabaikan marka jalan, bahkan  traffic light.

Siapa yang paling dulu sampai di pangkalan Red), akan cepat dapat penumpang lagi,” ujarnya.

Untuk menertibkan lalu lintas becak di sepanjang jalurnya, dia mengusulkan pembuatan kanalisasi atau pembatas berupa pagar di tengah jalan.

Kepala Bidang Lalu Lintas Angkutan Jalan Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan (DLH Hub) Tuban Imam Isdarmawan mengatakan, kemacetan dan kesemrawutan becak wisata memang menjadi pekerjaan rumahnya.

Namun, pekerjaan rumah tersebut, kata dia,  bukan hanya menjadi beban instansinya saja. Melainkan lintas sektoral.

Imam sapaannya menyampaikan, kemacetan lalu lintas yang terjadi di sepanjang jalan yang dilalui becak wisata dan titik persimpangannya dengan jalan lain tersebut karena satu rangkaian dengan kepariwisataan, perdagangan, dan swasta. Karena itu, upaya penertibannya harus dibahas dalam satu forum umum.

”Kalau tidak demikian, tidak efektif. Cenderung tidak menemukan solusi konkretnya,” tegas dia.  ujarnya.

Pejabat asal Bojonegoro ini mengemukakan, pembuatan median atau batas lajur di tengah jalan kurang memungkinkan. Pertimbangannya, karena sepanjang jalan yang dilalui becak wisata tersebut terlalu sempit.

”Dua lajur jalan tersebut akan semakin sempit jika ada mediannya,” terangnya.

Selain itu, lanjut Imam, median jalan akan menyulitkan warga yang tinggal di sepanjang jalan tersebut. Terlebih, kawasan tersebut termasuk padat penduduk dan berderet tempat usaha, seperti warung dan toko. (sab/ds)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img