spot_img
spot_img

Kemarau Masih Turun Hujan? Ini Penjelasan BMKG Tuban

spot_img

TUBAN, Radar Tuban – Selama puasa Ramadan, wilayah Tuban dan sekitarnya dua kali diguyur hujan deras. Terakhir kemarin (19/4) petang hingga malam.

Mengapa kemarau masih turun hujan? Kepala Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Tuban Zem Irianto menyampaikan, hujan yang mengguyur Bumi Ronggolawe dan sekitarnya merupakan hujan sisa.

‘’Hujan tinggalan musim penghujan yang diperkirakan benar-benar segera berakhir April ini,’’ terangnya saat dihubungi Jawa Pos Radar Tuban tadi malam.

Zem, panggilan akrabnya mengemukakan, fenomena hujan memasuki kemarau merupakan hal wajar. Kalaupun terjadi, kata dia, curah hujannya pasti kecil dan intensitasnya rendah. Tidak mungkin sebesar dan sesering musim penghujan.

Pria kelahiran Papua ini mengimbau masyarakat agar beradaptasi dengan fenomena yang terjadi saat transisi klimatologis tersebut. Itu karena cuacanya cenderung labil.

Zem menyampaikan, masuknya kemarau sesuai perkiraan. Yakni, berlangsung pada dasarian dua atau paling lambat dasarian tiga April ini.

Pada pertengahan April ini, terang dia, dasarian dua belum habis. Praktis, masuk akal jika hujan masih turun. Dari 20 kecamatan yang tersebar se-Kabupaten Tuban, diperkirakan hanya dua wilayah kecamatan yang belum masuk kemarau di dasarian dua tersebut, yaikni Kecamatan Senori dan Kenduruan.

Menurut Zem, dua wilayah tersebut masuk pengecualian karena   berlainan zona dan berada di wilayah barat daya Bumi Ronggolawe. Kedua kecamatan tersebut diperkirakan memasuki musim kemarau pada akhir April atau dasarian tiga, antara 21 hingga 30 April. Terkait puncak kemarau sebagian besar wilayah di Bumi Ronggolawe, Zem memerkirakan terjadi pada Agustus. Khusus Kecamatan Senori dan Kenduruan mengalaminya pada Juli. Menurut dia, dua kecamatan tersebut lebih cepat karena secara geografis lebih rentan kekeringan daripada wilayah lain.

”Meski lebih lambat masuk musim kemarau, bukan jaminan lebih lambat pula mengalami puncaknya,” imbuhnya.

Zem menerangkan, banyak hal yang memengaruhi puncak kemarau. Paling urgen adalah kondisi geografis wilayah tersebut. Seperti tahun-tahun sebelumnya, musim kemarau tahun ini berpotensi mendatangkan bencana kekeringan. Dia berharap dengan informasi dini tersebut, masyarakat di daerah rawan kekeringan mempersiapkan diri. Begitu juga instansi kebencanaan segera melakukan langkah strategis agar potensi kekeringan tidak terlalu parah. (sab/ds)

TUBAN, Radar Tuban – Selama puasa Ramadan, wilayah Tuban dan sekitarnya dua kali diguyur hujan deras. Terakhir kemarin (19/4) petang hingga malam.

Mengapa kemarau masih turun hujan? Kepala Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Tuban Zem Irianto menyampaikan, hujan yang mengguyur Bumi Ronggolawe dan sekitarnya merupakan hujan sisa.

‘’Hujan tinggalan musim penghujan yang diperkirakan benar-benar segera berakhir April ini,’’ terangnya saat dihubungi Jawa Pos Radar Tuban tadi malam.

Zem, panggilan akrabnya mengemukakan, fenomena hujan memasuki kemarau merupakan hal wajar. Kalaupun terjadi, kata dia, curah hujannya pasti kecil dan intensitasnya rendah. Tidak mungkin sebesar dan sesering musim penghujan.

Pria kelahiran Papua ini mengimbau masyarakat agar beradaptasi dengan fenomena yang terjadi saat transisi klimatologis tersebut. Itu karena cuacanya cenderung labil.

- Advertisement -

Zem menyampaikan, masuknya kemarau sesuai perkiraan. Yakni, berlangsung pada dasarian dua atau paling lambat dasarian tiga April ini.

Pada pertengahan April ini, terang dia, dasarian dua belum habis. Praktis, masuk akal jika hujan masih turun. Dari 20 kecamatan yang tersebar se-Kabupaten Tuban, diperkirakan hanya dua wilayah kecamatan yang belum masuk kemarau di dasarian dua tersebut, yaikni Kecamatan Senori dan Kenduruan.

Menurut Zem, dua wilayah tersebut masuk pengecualian karena   berlainan zona dan berada di wilayah barat daya Bumi Ronggolawe. Kedua kecamatan tersebut diperkirakan memasuki musim kemarau pada akhir April atau dasarian tiga, antara 21 hingga 30 April. Terkait puncak kemarau sebagian besar wilayah di Bumi Ronggolawe, Zem memerkirakan terjadi pada Agustus. Khusus Kecamatan Senori dan Kenduruan mengalaminya pada Juli. Menurut dia, dua kecamatan tersebut lebih cepat karena secara geografis lebih rentan kekeringan daripada wilayah lain.

”Meski lebih lambat masuk musim kemarau, bukan jaminan lebih lambat pula mengalami puncaknya,” imbuhnya.

Zem menerangkan, banyak hal yang memengaruhi puncak kemarau. Paling urgen adalah kondisi geografis wilayah tersebut. Seperti tahun-tahun sebelumnya, musim kemarau tahun ini berpotensi mendatangkan bencana kekeringan. Dia berharap dengan informasi dini tersebut, masyarakat di daerah rawan kekeringan mempersiapkan diri. Begitu juga instansi kebencanaan segera melakukan langkah strategis agar potensi kekeringan tidak terlalu parah. (sab/ds)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img