spot_img
spot_img

Viral! Video Melimpahnya Tangkapan Ikan di Tuban, BMKG Sebut Tak Terkait Limbah Nuklir

spot_img

TUBAN – Suhu panas ekstrem yang melanda Indonesia dan sebagian negara di Asia ternyata mendatangkan rezeki bagi sektor perikanan laut dan garam.

Panas yang mencapai 33 derajat Celcius tersebut tidak hanya meningkatkan produksi garam. Hasil tangkapan ikan nelayan di pesisir pun melimpah.

Dikonfirmasi Jawa Pos Radar Tuban, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tuban Zem Irianto Padma menjelaskan, musim kemarau panjang dan fenomena El Nino sekarang ini membawa dampak positif bagi nelayan pesisir dan petani garam.

‘’Jangan heran jika tangkapan ikan di laut lebih banyak dibanding musim sebelumnya,’’ ujar pria kelahiran Papua itu.

Selama kemarau, kata dia, kadar garam di perairan Laut Jawa juga tinggi. Hal tersebut dipicu dari lebih rendahnya permukaan air laut.

Dengan demikian, Zem menegaskan, melimpahnya hasil laut sejak sebulan terakhir tersebut tidak ada kaitannya dengan limbah nuklir dari Jepang.

Seperti diketahui, media sosial di Tuban diramaikan dengan isu limbah nuklir yang dibuang Jepang di perairan lepas dan berakibat banyak ikan laut yang mati.

‘’Kondisi panas ini memicu terjadinya upwelling atau proses naiknya plankton ke permukaan laut yang disambut banyak ikan,’’ terang mantan Kasubid Pelayanan BMKG V Jayapura itu.

Seperti diketahui, media sosial diramaikan dengan isu limbah laut. Puncaknya saat video viral menunjukkan banyak ikan manyung yang diturunkan dari salah satu perahu di perairan Desa Sugihwaras, Kecamatan Jenu.

Pesan yang disebar melalui media sosial WhatsApp menyebutkan bahwa ikan yang ditangkap nelayan tersebut mati akibat terkontaminasi limbah dari Jepang.

Menanggapi kabar tersebut, Kepala Bidang Perikanan Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan, Kelautan, dan Pertanian (DP2KP) Tuban Linggo Indarto memastikan kabar ikan mati karena limbah nuklir Jepang itu hoaks.

Terkait kabar tersebut, kata dia, pihaknya sudah memanggil dan mengklarifikasi nelayan yang bersangkutan untuk menjelaskan kronologi video tersebut.

‘’Berdasarkan penjelasan dari nelayan dalam video tersebut, ikan yang ditangkap dari laut dalam kondisi sehat dan segar,’’ tegasnya.

Linggo menyampaikan, nelayan tersebut berasal dari kelurahan Karangsari, Kecamatan Tuban bernama Sutrisno. Kepada petugas DP2KP, Sutrisno menjelaskan, ratusan ikan yang ditangkap tersebut berjenis jambal roti atau manyung. Berat totalnya sekitar 2 ton.

Salah satu pemicu ratusan ikan itu mudah ditangkap karena masa pemijahan atau peristiwa keluarnya telur dari ovum ikan betina dan sperma dari ikan jantan.

‘’Kondisi ini menyebabkan ikan mencari tempat yang nyaman untuk bertelur,’’ ucapnya.

Masa pemijahan, kata Sutrisno, juga memicu ikan naik ke permukaan laut dan ditangkap oleh nelayan.

Seminggu sebelum kejadian tersebut, Linggo mengaku mendapat laporan dari nelayan yang berhasil mendapat tangkapan ikan dengan bobot sekitar satu ton. Hanya saja, melimpahnya tangkapan tersebut tidak viral.

‘’Jadi mungkin ini sedang pemijahan, sehingga banyak nelayan yang menangkap ikan dengan kuantitas yang tinggi, jelasnya.

Linggo berharap warga tidak mudah percaya dengan informasi yang beredar di medsos dan belum jelas kebenarannya. Apalagi, video di medsos itu beredar sangat cepat hingga ke berbagai daerah.

Disinformasi yang merugikan nelayan tersebut, lanjut dia, sudah disampaikan ke Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jatim.

Perwakilan DKP Jatim pun langsung mengambil sampel ikan yang ditangkap untuk dibawa dan diperiksa di laboratorium.

‘’Dari pengamatan awal, tidak ditemukan adanya indikasi ikan tersebut terkontaminasi limbah,’’ tegasnya. (yud/ds)

TUBAN – Suhu panas ekstrem yang melanda Indonesia dan sebagian negara di Asia ternyata mendatangkan rezeki bagi sektor perikanan laut dan garam.

Panas yang mencapai 33 derajat Celcius tersebut tidak hanya meningkatkan produksi garam. Hasil tangkapan ikan nelayan di pesisir pun melimpah.

Dikonfirmasi Jawa Pos Radar Tuban, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tuban Zem Irianto Padma menjelaskan, musim kemarau panjang dan fenomena El Nino sekarang ini membawa dampak positif bagi nelayan pesisir dan petani garam.

‘’Jangan heran jika tangkapan ikan di laut lebih banyak dibanding musim sebelumnya,’’ ujar pria kelahiran Papua itu.

Selama kemarau, kata dia, kadar garam di perairan Laut Jawa juga tinggi. Hal tersebut dipicu dari lebih rendahnya permukaan air laut.

- Advertisement -

Dengan demikian, Zem menegaskan, melimpahnya hasil laut sejak sebulan terakhir tersebut tidak ada kaitannya dengan limbah nuklir dari Jepang.

Seperti diketahui, media sosial di Tuban diramaikan dengan isu limbah nuklir yang dibuang Jepang di perairan lepas dan berakibat banyak ikan laut yang mati.

‘’Kondisi panas ini memicu terjadinya upwelling atau proses naiknya plankton ke permukaan laut yang disambut banyak ikan,’’ terang mantan Kasubid Pelayanan BMKG V Jayapura itu.

Seperti diketahui, media sosial diramaikan dengan isu limbah laut. Puncaknya saat video viral menunjukkan banyak ikan manyung yang diturunkan dari salah satu perahu di perairan Desa Sugihwaras, Kecamatan Jenu.

Pesan yang disebar melalui media sosial WhatsApp menyebutkan bahwa ikan yang ditangkap nelayan tersebut mati akibat terkontaminasi limbah dari Jepang.

Menanggapi kabar tersebut, Kepala Bidang Perikanan Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan, Kelautan, dan Pertanian (DP2KP) Tuban Linggo Indarto memastikan kabar ikan mati karena limbah nuklir Jepang itu hoaks.

Terkait kabar tersebut, kata dia, pihaknya sudah memanggil dan mengklarifikasi nelayan yang bersangkutan untuk menjelaskan kronologi video tersebut.

‘’Berdasarkan penjelasan dari nelayan dalam video tersebut, ikan yang ditangkap dari laut dalam kondisi sehat dan segar,’’ tegasnya.

Linggo menyampaikan, nelayan tersebut berasal dari kelurahan Karangsari, Kecamatan Tuban bernama Sutrisno. Kepada petugas DP2KP, Sutrisno menjelaskan, ratusan ikan yang ditangkap tersebut berjenis jambal roti atau manyung. Berat totalnya sekitar 2 ton.

Salah satu pemicu ratusan ikan itu mudah ditangkap karena masa pemijahan atau peristiwa keluarnya telur dari ovum ikan betina dan sperma dari ikan jantan.

‘’Kondisi ini menyebabkan ikan mencari tempat yang nyaman untuk bertelur,’’ ucapnya.

Masa pemijahan, kata Sutrisno, juga memicu ikan naik ke permukaan laut dan ditangkap oleh nelayan.

Seminggu sebelum kejadian tersebut, Linggo mengaku mendapat laporan dari nelayan yang berhasil mendapat tangkapan ikan dengan bobot sekitar satu ton. Hanya saja, melimpahnya tangkapan tersebut tidak viral.

‘’Jadi mungkin ini sedang pemijahan, sehingga banyak nelayan yang menangkap ikan dengan kuantitas yang tinggi, jelasnya.

Linggo berharap warga tidak mudah percaya dengan informasi yang beredar di medsos dan belum jelas kebenarannya. Apalagi, video di medsos itu beredar sangat cepat hingga ke berbagai daerah.

Disinformasi yang merugikan nelayan tersebut, lanjut dia, sudah disampaikan ke Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jatim.

Perwakilan DKP Jatim pun langsung mengambil sampel ikan yang ditangkap untuk dibawa dan diperiksa di laboratorium.

‘’Dari pengamatan awal, tidak ditemukan adanya indikasi ikan tersebut terkontaminasi limbah,’’ tegasnya. (yud/ds)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img