spot_img
spot_img

Andai Rest Area Menjadi Sentra Rapat Pejabat

spot_img

TUBAN, Radar Tuban – Sudah tidak terhitung berapa kali Rest Area Tuban direvitalisasi. Namun, selama itu pula upaya menata ulang eks lahan Terminal Baru tersebut tidak pernah sesuai ekspektasi.

Namun demikian, Pemkab Tuban tampaknya tak pernah kapok dengan kegagalan demi kegagalan yang sudah dilakukan. Kini, lagi-lagi rencana revitalisasi bakal kembali dilakukan. Tak tanggung-tanggung dana miliaran sudah disiapkan di pos dinas pekerjaan umum, penataan ruang, perumahan rakyat dan kawasan permukiman (DPUPRPRKP).

Rencananya, bangunan lama akan dirobohkan. Sebagai gantinya didirikan bangunan baru dengan konsep kekinian. Sekretaris Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Tuban Wawan Purwadi menanggapi rencana revitalisasi tersebut.

Dia mengatakan, selama pejabat pemkab tidak memiliki kepedulian terhadap apa yang dicanangkan, maka sebagus apa pun konsep yang ditawarkan tidak mungkin bisa bertahan lama dan berkembang. Dari sudut pandang sebagai masyarakat, kata Wawan, panggilan akrabnya, kegagalan Pemkab Tuban dalam mengelola rest area bukan semata-mata karena konsep yang buruk. Namun, yang paling subtansial adalah komitmen dari pejabat itu sendiri.

‘’Antara apa yang diharapkan dengan tindakan tidak sesuai,’’ tegasnya.

Konsep penataan kuliner misalnya, ungkap Wawan, sering kali pemerintah hanya menata secara infrastruktur, tapi tidak pada sistemnya. Pandangan pemikirannya sangat sederhananya; berapa pejabat yang makan di sana atau minimal ngopi sambil rapat-rapat kecil.

‘’Nyaris tidak ada kan. Hanya ramai saat peresmian saja, setelah itu sepi, tidak ada (pejabat, Red) yang datang lagi,’’ ungkapnya.

Dari problem itulah, terang aktivis kepemudaan asal Kecamatan Tambakboyo ini, substansi kegagalan dalam menata rest area bukan semata karena konsep yang salah, melainkan minimnya kepedulian pejabat dalam meramaikan dan mengembangkan rest area itu sendiri.

‘’Kalau secara konsep saya tidak meragukan. Wong jelas ada konsultannya dan itu tidak murah. Jasa konsultan mencapai ratusan juta. Bagi saya, ini hanya soal teladan dan kepedulian pejabat saja,’’ tandasnya.

Senada  disampaikan Mutholibi. Pegiat literasi di Tuban ini mengatakan, peran pejabat tidak hanya membangun infrastruktur, tapi juga menjadi teladan bagi masyarakat. Menurut Mutholibin, andai saja para pejabat rutin menggelar rapat di rest area atau sekadar mamanfaatkan waktu istirahat untuk ngopi-ngopi, sangat mungkin rest area selalu ramai.

‘’Selama pejabat enggan datang ke sana, menggelar rapat-rapat di sana (rest area, Red), ya jangan berharap ramai, wong pejabatnya saja tidak peduli,’’ tandasnya. (tok/ds)

Baca Juga: Ditata Ulang dengan Konsep Kekinian di versi cetak Jawa Pos Radar Tuban

TUBAN, Radar Tuban – Sudah tidak terhitung berapa kali Rest Area Tuban direvitalisasi. Namun, selama itu pula upaya menata ulang eks lahan Terminal Baru tersebut tidak pernah sesuai ekspektasi.

Namun demikian, Pemkab Tuban tampaknya tak pernah kapok dengan kegagalan demi kegagalan yang sudah dilakukan. Kini, lagi-lagi rencana revitalisasi bakal kembali dilakukan. Tak tanggung-tanggung dana miliaran sudah disiapkan di pos dinas pekerjaan umum, penataan ruang, perumahan rakyat dan kawasan permukiman (DPUPRPRKP).

Rencananya, bangunan lama akan dirobohkan. Sebagai gantinya didirikan bangunan baru dengan konsep kekinian. Sekretaris Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Tuban Wawan Purwadi menanggapi rencana revitalisasi tersebut.

Dia mengatakan, selama pejabat pemkab tidak memiliki kepedulian terhadap apa yang dicanangkan, maka sebagus apa pun konsep yang ditawarkan tidak mungkin bisa bertahan lama dan berkembang. Dari sudut pandang sebagai masyarakat, kata Wawan, panggilan akrabnya, kegagalan Pemkab Tuban dalam mengelola rest area bukan semata-mata karena konsep yang buruk. Namun, yang paling subtansial adalah komitmen dari pejabat itu sendiri.

‘’Antara apa yang diharapkan dengan tindakan tidak sesuai,’’ tegasnya.

- Advertisement -

Konsep penataan kuliner misalnya, ungkap Wawan, sering kali pemerintah hanya menata secara infrastruktur, tapi tidak pada sistemnya. Pandangan pemikirannya sangat sederhananya; berapa pejabat yang makan di sana atau minimal ngopi sambil rapat-rapat kecil.

‘’Nyaris tidak ada kan. Hanya ramai saat peresmian saja, setelah itu sepi, tidak ada (pejabat, Red) yang datang lagi,’’ ungkapnya.

Dari problem itulah, terang aktivis kepemudaan asal Kecamatan Tambakboyo ini, substansi kegagalan dalam menata rest area bukan semata karena konsep yang salah, melainkan minimnya kepedulian pejabat dalam meramaikan dan mengembangkan rest area itu sendiri.

‘’Kalau secara konsep saya tidak meragukan. Wong jelas ada konsultannya dan itu tidak murah. Jasa konsultan mencapai ratusan juta. Bagi saya, ini hanya soal teladan dan kepedulian pejabat saja,’’ tandasnya.

Senada  disampaikan Mutholibi. Pegiat literasi di Tuban ini mengatakan, peran pejabat tidak hanya membangun infrastruktur, tapi juga menjadi teladan bagi masyarakat. Menurut Mutholibin, andai saja para pejabat rutin menggelar rapat di rest area atau sekadar mamanfaatkan waktu istirahat untuk ngopi-ngopi, sangat mungkin rest area selalu ramai.

‘’Selama pejabat enggan datang ke sana, menggelar rapat-rapat di sana (rest area, Red), ya jangan berharap ramai, wong pejabatnya saja tidak peduli,’’ tandasnya. (tok/ds)

Baca Juga: Ditata Ulang dengan Konsep Kekinian di versi cetak Jawa Pos Radar Tuban

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img