spot_img
spot_img

Warga Tuban Saksi Mata Tragedi Kanjuruhan

“Dor… Sesak, Lemas, dan Diinjak-injak” Ini Fakta Tragedi Kanjuruhan [podcast]

spot_img

Dari sekitar 40 ribu penonton laga Arema versus Persebaya, ada warga Tuban yang menjadi saksi tragedi berdarah di Stadiun Kanjuruhan. Dua di antaranya Reindra Ferdian Ramadhika, 19, dan Nasrul Umam, 23. Berikut cerita mereka kepada Jawa Pos Radar Tuban.

YUDHA SATRIA ADITAMA, Tuban, Radar Tuban

Reindra dan Umam tak pernah mengira, Sabtu (1/10) malam yang seharusnya menjadi hiburan justru berbuah duka mendalam. Bermula saat laga Arema versus Persebaya  tersebut berakhir dengan skor 2 – 3.

Saat itu, kata Reindra, pemain Persebaya sudah meninggalkan lapangan. Sedangkan pemain Arema masih di lapangan dengan maksud untuk meminta maaf kepada para Aremania (sebutan fans Arema). Namun, tak berselang lama, dua orang turun ke lapangan.

Entah apa maksud dua orang yang belum diketahui identitasnya tersebut. Turunnya mereka itu memancing suporter lain untuk turun ke lapangan. Sebagaimana diungkapkan Umam.

‘’Melihat situasi tak kondusif, aparat keamanan TNI dan Polri mengamankan para pemain Arema,’’ ujar pemuda yang tinggal di Kecamatan Tuban itu.

Menurut Umam, suporter turun lapangan adalah hal biasa sebagai wujud protes. Karena itu, tidak perlu ditanggapi dengan tindakan kekerasan.

Peristiwa mencekam, lanjut dia, bermula saat banyak suporter masuk lapangan dan mendapat pukulan dan tendangan dari aparat keamanan. Saat itu, sebenarnya  banyak Aremania yang ingin meninggalkan Stadion Kanjuruhan. Namun, entah mengapa pintu stadion yang biasanya sudah terbuka pada menit ke-75, saat itu masih tertutup.

‘’Dari banyak pintu stadion, hanya satu pintu yang terbuka. Seingat saya gate sembilan,’’ ungkapnya.

Hanya terbukanya satu pintu membuat suporter menumpuk. Mereka tak bisa keluar stadion dengan cepat. Dor… dor…dor…. Kericuhan memuncak saat petugas menembakkan gas air mata.

Tembakan gas air mata itu diarahkan ke tribun yang padat penonton. Dari tembakan gas air mata tersebut, banyak yang mengalami sesak napas dan pingsan.

‘’Dari dalam stadion terus ditembak gas air mata, sedangkan yang mau keluar tidak bisa karena pintu masih ditutup,’’ ujar lulusan SMK TJP Tuban itu.

Umam memerkirakan lebih dari 20 tembakan gas air mata diarahkan aparat ke tribun. Bagi yang tidak bisa menghindar, risikonya mata berair, kulit terbakar, sesak napas, lemas, hingga pingsan. Bahkan, banyak korban meninggal dengan kondisi muka terbakar. Juga mata dan hidung mengeluarkandarah.

‘’Mereka inilah yang diinjak-injak suporter lain yang panik,’’ tuturnya.

Sebelum meninggalkan stadion, Umam dan Reindra melihat suporter bergelimpangan di tribun. Kondisinya kritis dan tak sadarkan diri. Bahkan, dia sempat menolong Aremania asal Sidoarjo yang kejang-kejang untuk digotong ke daerah yang bebas asap. Sayangnya, Aremania tersebut tak terselamatkan karena terlambat mendapatkan penanganan medis.

‘’Kami kesulitan mendapat kendaraan yang bisa membantu korban yang kritis,’’ kenangnya.

Apakah ada korban meninggal dari Tuban? Umam memastikan 31 Aremania asal Tuban yang datang ke Stadion Kan juruhan dalam kondisi selamat.

‘’Hanya dua yang luka ringan dan sedang,’’ imbuhnya.

Terkait kabar di media sosial yang menyatakan bahwa ada satu korban meninggal asal Kecamatan Jenu, Umam memastikan kabar tersebut tak bisa dipertanggung jawabkan.

‘’Banyak kabar simpang siur yang belum bisa dipercaya. Jadi harus disikapi dengan bijak,’’ pungkasnya. (*/ds)

Dari sekitar 40 ribu penonton laga Arema versus Persebaya, ada warga Tuban yang menjadi saksi tragedi berdarah di Stadiun Kanjuruhan. Dua di antaranya Reindra Ferdian Ramadhika, 19, dan Nasrul Umam, 23. Berikut cerita mereka kepada Jawa Pos Radar Tuban.

YUDHA SATRIA ADITAMA, Tuban, Radar Tuban

Reindra dan Umam tak pernah mengira, Sabtu (1/10) malam yang seharusnya menjadi hiburan justru berbuah duka mendalam. Bermula saat laga Arema versus Persebaya  tersebut berakhir dengan skor 2 – 3.

Saat itu, kata Reindra, pemain Persebaya sudah meninggalkan lapangan. Sedangkan pemain Arema masih di lapangan dengan maksud untuk meminta maaf kepada para Aremania (sebutan fans Arema). Namun, tak berselang lama, dua orang turun ke lapangan.

Entah apa maksud dua orang yang belum diketahui identitasnya tersebut. Turunnya mereka itu memancing suporter lain untuk turun ke lapangan. Sebagaimana diungkapkan Umam.

- Advertisement -

‘’Melihat situasi tak kondusif, aparat keamanan TNI dan Polri mengamankan para pemain Arema,’’ ujar pemuda yang tinggal di Kecamatan Tuban itu.

Menurut Umam, suporter turun lapangan adalah hal biasa sebagai wujud protes. Karena itu, tidak perlu ditanggapi dengan tindakan kekerasan.

Peristiwa mencekam, lanjut dia, bermula saat banyak suporter masuk lapangan dan mendapat pukulan dan tendangan dari aparat keamanan. Saat itu, sebenarnya  banyak Aremania yang ingin meninggalkan Stadion Kanjuruhan. Namun, entah mengapa pintu stadion yang biasanya sudah terbuka pada menit ke-75, saat itu masih tertutup.

‘’Dari banyak pintu stadion, hanya satu pintu yang terbuka. Seingat saya gate sembilan,’’ ungkapnya.

Hanya terbukanya satu pintu membuat suporter menumpuk. Mereka tak bisa keluar stadion dengan cepat. Dor… dor…dor…. Kericuhan memuncak saat petugas menembakkan gas air mata.

Tembakan gas air mata itu diarahkan ke tribun yang padat penonton. Dari tembakan gas air mata tersebut, banyak yang mengalami sesak napas dan pingsan.

‘’Dari dalam stadion terus ditembak gas air mata, sedangkan yang mau keluar tidak bisa karena pintu masih ditutup,’’ ujar lulusan SMK TJP Tuban itu.

Umam memerkirakan lebih dari 20 tembakan gas air mata diarahkan aparat ke tribun. Bagi yang tidak bisa menghindar, risikonya mata berair, kulit terbakar, sesak napas, lemas, hingga pingsan. Bahkan, banyak korban meninggal dengan kondisi muka terbakar. Juga mata dan hidung mengeluarkandarah.

‘’Mereka inilah yang diinjak-injak suporter lain yang panik,’’ tuturnya.

Sebelum meninggalkan stadion, Umam dan Reindra melihat suporter bergelimpangan di tribun. Kondisinya kritis dan tak sadarkan diri. Bahkan, dia sempat menolong Aremania asal Sidoarjo yang kejang-kejang untuk digotong ke daerah yang bebas asap. Sayangnya, Aremania tersebut tak terselamatkan karena terlambat mendapatkan penanganan medis.

‘’Kami kesulitan mendapat kendaraan yang bisa membantu korban yang kritis,’’ kenangnya.

Apakah ada korban meninggal dari Tuban? Umam memastikan 31 Aremania asal Tuban yang datang ke Stadion Kan juruhan dalam kondisi selamat.

‘’Hanya dua yang luka ringan dan sedang,’’ imbuhnya.

Terkait kabar di media sosial yang menyatakan bahwa ada satu korban meninggal asal Kecamatan Jenu, Umam memastikan kabar tersebut tak bisa dipertanggung jawabkan.

‘’Banyak kabar simpang siur yang belum bisa dipercaya. Jadi harus disikapi dengan bijak,’’ pungkasnya. (*/ds)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img