spot_img
spot_img

Budaya K-Pop dan J-Pop yang Terus Menjamur

Fanatisme Penggemar K-Pop dan J-Pop Tak Sebatas Penikmat Karya

spot_img

Dari banyak budaya asing yang pernah menjamur di tanah air, K-Pop (Korean Pop) dan J-Pop (Japanese Pop) terbilang menguasai yang paling lama. Tercatat sejak 2011 hingga 2022 atau lebih dari satu dekade, budaya dari dua negara di Asia Timur ini masih merebak di kalangan anak muda. Tanpa terkecuali di Tuban.

—————————————————————-

LAHIRNYA JKT48 pada 11 September 2011 menjadi cikal bakal besarnya budaya Jepang di Indonesia. Grup idola bentukan Jepang itu benar-benar mengubah sebagian gaya hidup pemuda di tanah air. Begitu juga di Tuban. Idol grup yang bermarkas di Theater FX Sudirman, Jakarta itu melahirkan banyak fanbase yang memiliki kegemaran sama. Di Tuban, JKT48 menginspirasi puluhan pemuda untuk membentuk TBN48 dan TDC48, dua komunitas penggila Jejepangan.

Sama halnya dengan budaya Jepang, K-Pop atua Korean pop culture booming sejak munculnya grup-gup boyband era 2011. Sebut saja Suju (Super Junior), Bigbang, Exo, NCT, Seventeen, hingga BTS. Untuk boyband yang disebut terakhir, hingga kini sudah melahirkan ratusan komunitas penggemarnya. Fanbase BTS yang biasa disebut Army itu terus lahir hingga di kota terkecil. Di Tuban, penggemarnya ratusan anak muda.

Lebih dari sepuluh tahun, pemandangan para penggemar budaya J-Pop dan K-Pop seakan belum memudar. Tingkat fanatisme para penggemarnya tidak sebatas dari penikmat karya saja. Mereka merambah ke bidang lain, seperti kuliner, fashion, hingga style rambut.

Apa yang membuat dua kebudayaan tersebut masih melekat di sebagian besar anak muda? Budayawan Sumardi menyampaikan, ada tiga faktor penting yang membuat pengaruh K-Pop dan J-Pop begitu kuat di tanah air.

Visual yang menarik menjadi faktor utama. Cowok Korea selalu identik dengan tampan, putih, pandai menyanyi, dan multitalenta. Cewek Jepang pun demikian. Cantik, pandai menyanyi dan joget. Wajah-wajah menarik itu tentu berperan penting dalam meraih para penggemarnya. ‘’Visual yang cakep-cakep praktis membuat siapa saja yang melihat akan lebih betah,’’ tutur kabid kebudayaan Disparbudpora Tuban itui.

Alasan kedua, pengaruh media sosial (medsos) yang begitu kuat. Sumardi mengatakan, semua anak muda kini sudah mengenal medsos. Sehingga, untuk melihat idola mereka yang jauh di seberang lautan, mereka cukup membuka ponsel. Medsos inilah yang membuat para anak muda merasa lebih dekat dengan para idola mereka yang berada di Jepang dan Korea Selatan. ‘’Munculnya medsos ini membuat anak muda ini semakin mengenal idolanya,’’ ujarnya.

Faktor terakhir yang berperan penting membesarkan budaya K-Pop dan J-Pop, kata Sumardi, adalah tokoh atau figur publik nasional. Tidak sedikit artis hingga pejabat sering menampilkan gaya Korea atau Jejepangan di televisi. Mereka inilah yang secara tidak langsung melahirkan generasi penggemar baru. Ditambah bonus demografi saat ini yang membuat generasi anak muda jumlahnya jauh lebih banyak. ‘’Rata-rata fans fanatik budaya asing itu anak muda yang saat ini jumlahnya sangat banyak,’’ jelasnya.

Lulusan Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya ini memastikan budaya asing di tanah air sifatnya hanya temporer atau musiman. Sebelumnya, tren budaya Eropa juga pernah menjamur di tanah air. Ditandai dengan banyaknya musik barat yang sering diperdengarkan di radio era 2000-an. Demikian pula dengan K-Pop dan J-Pop diprediksi juga akan meredup seiring berjalannya waktu. ‘’Nanti akan terus lahir tren baru dengan penggemar baru, begitu pula seterusnya,’’ pungkasnya. (yud/ds)

Dari banyak budaya asing yang pernah menjamur di tanah air, K-Pop (Korean Pop) dan J-Pop (Japanese Pop) terbilang menguasai yang paling lama. Tercatat sejak 2011 hingga 2022 atau lebih dari satu dekade, budaya dari dua negara di Asia Timur ini masih merebak di kalangan anak muda. Tanpa terkecuali di Tuban.

—————————————————————-

LAHIRNYA JKT48 pada 11 September 2011 menjadi cikal bakal besarnya budaya Jepang di Indonesia. Grup idola bentukan Jepang itu benar-benar mengubah sebagian gaya hidup pemuda di tanah air. Begitu juga di Tuban. Idol grup yang bermarkas di Theater FX Sudirman, Jakarta itu melahirkan banyak fanbase yang memiliki kegemaran sama. Di Tuban, JKT48 menginspirasi puluhan pemuda untuk membentuk TBN48 dan TDC48, dua komunitas penggila Jejepangan.

Sama halnya dengan budaya Jepang, K-Pop atua Korean pop culture booming sejak munculnya grup-gup boyband era 2011. Sebut saja Suju (Super Junior), Bigbang, Exo, NCT, Seventeen, hingga BTS. Untuk boyband yang disebut terakhir, hingga kini sudah melahirkan ratusan komunitas penggemarnya. Fanbase BTS yang biasa disebut Army itu terus lahir hingga di kota terkecil. Di Tuban, penggemarnya ratusan anak muda.

Lebih dari sepuluh tahun, pemandangan para penggemar budaya J-Pop dan K-Pop seakan belum memudar. Tingkat fanatisme para penggemarnya tidak sebatas dari penikmat karya saja. Mereka merambah ke bidang lain, seperti kuliner, fashion, hingga style rambut.

- Advertisement -

Apa yang membuat dua kebudayaan tersebut masih melekat di sebagian besar anak muda? Budayawan Sumardi menyampaikan, ada tiga faktor penting yang membuat pengaruh K-Pop dan J-Pop begitu kuat di tanah air.

Visual yang menarik menjadi faktor utama. Cowok Korea selalu identik dengan tampan, putih, pandai menyanyi, dan multitalenta. Cewek Jepang pun demikian. Cantik, pandai menyanyi dan joget. Wajah-wajah menarik itu tentu berperan penting dalam meraih para penggemarnya. ‘’Visual yang cakep-cakep praktis membuat siapa saja yang melihat akan lebih betah,’’ tutur kabid kebudayaan Disparbudpora Tuban itui.

Alasan kedua, pengaruh media sosial (medsos) yang begitu kuat. Sumardi mengatakan, semua anak muda kini sudah mengenal medsos. Sehingga, untuk melihat idola mereka yang jauh di seberang lautan, mereka cukup membuka ponsel. Medsos inilah yang membuat para anak muda merasa lebih dekat dengan para idola mereka yang berada di Jepang dan Korea Selatan. ‘’Munculnya medsos ini membuat anak muda ini semakin mengenal idolanya,’’ ujarnya.

Faktor terakhir yang berperan penting membesarkan budaya K-Pop dan J-Pop, kata Sumardi, adalah tokoh atau figur publik nasional. Tidak sedikit artis hingga pejabat sering menampilkan gaya Korea atau Jejepangan di televisi. Mereka inilah yang secara tidak langsung melahirkan generasi penggemar baru. Ditambah bonus demografi saat ini yang membuat generasi anak muda jumlahnya jauh lebih banyak. ‘’Rata-rata fans fanatik budaya asing itu anak muda yang saat ini jumlahnya sangat banyak,’’ jelasnya.

Lulusan Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya ini memastikan budaya asing di tanah air sifatnya hanya temporer atau musiman. Sebelumnya, tren budaya Eropa juga pernah menjamur di tanah air. Ditandai dengan banyaknya musik barat yang sering diperdengarkan di radio era 2000-an. Demikian pula dengan K-Pop dan J-Pop diprediksi juga akan meredup seiring berjalannya waktu. ‘’Nanti akan terus lahir tren baru dengan penggemar baru, begitu pula seterusnya,’’ pungkasnya. (yud/ds)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img