spot_img
spot_img

Melihat Lebih Dekat “Kota Hantu” Aghdam

spot_img

Pasukan Armenia menduduki sebagian besar distrik Aghdam, termasuk kota dan 89 desa, yang mencakup sekitar 73 persen wilayah distrik tersebut, pada 23 Juli 1993.

Area pendudukan diratakan dengan tanah. Sejumlah kecil desa di Distrik Aghdam tetap berada di bawah kendali Azerbaijan setelah pendudukan Armenia, ujar Imanov.

Selama 5 tahun pertempuran berdarah untuk mempertahankan Aghdam, sebanyak 5.897 orang tewas, 3.531 menjadi cacat, dan 1.871 anak menjadi yatim piatu.

Ribuan orang menjadi cacat fisik, lebih dari 126 ribu (1993) warga Aghdam mengungsi dari tanah airnya.

Pada 29 Juli 1993, Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi 853, berdasarkan laporan Mario Rafaelli, mantan Ketua OSCE Minsk Group.

Resolusi itu mengutuk pendudukan Aghdam, menyerukan penarikan pasukan pendudukan segera, lengkap, dan tanpa syarat dari daerah tersebut dan untuk kembalinya pengungsi ke rumah mereka

Imanov mengatakan sebagian besar monumen yang ditinggalkan di wilayah pendudukan ini telah hancur seluruhnya atau sebagian

Museum telah dijarah, monumen dan artefak dicuri dan diangkut ke tempat lain.

Beberapa museum yang hancur, antara lain, Museum Roti, Museum Sejarah dan Geografi, Museum Pemain tar terkenal Gurban Pirimov, dan Galeri Seni.

Masjid Juma, lanjut Imanov, sebuah monumen arsitektur dan keagamaan kuno di pusat kota Aghdam–satu-satunya masjid di distrik ini– juga mengalami kerusakan parah.

Ia mengatakan langit-langit hancur dan prasasti dinding terhapus seluruhnya di Masjid Juma.

Karena vandalisme Armenia pada tahun 2008, majalah Lonely Planet menyebut Aghdam sebagai “Hiroshima Kaukasus”, kata dia.

Imanov juga mengatakan bahwa puluhan kuburan di distrik Aghdam tak luput dari kehancuran. Batu nisan dihancurkan dengan palu atau benda serupa lainnya. Kuburan digali untuk mencari gigi emas dari jasad-jasad yang sudah dikubur.

Sambil berjalan melewati salah satu kuburan di Aghdam, ia mengungkapkan seluruh kuburan dibakar sebelum mereka (orang Armenia) pergi.

Mereka menggali di dalam kuburan, mengambil tulang-tulangnya. Ini adalah nisan lain di sini, hancur total. Inilah yang mereka lakukan. Mereka membakarnya sebelum pergi. Mereka membakar seluruh kuburan. Mereka juga membakar hutan dan bangunan. Ini adalah contoh dari apa yang telah mereka lakukan terhadap semua kuburan Azerbaijan di wilayah Karabakh, ujar Imanov.

Batu nisan bahkan digunakan untuk membangun tangga rumah orang Armenia.

Tak hanya di Aghdam, puluhan kuburan di distrik Fuzuli, Zangilan, Kalbajar, dan Jabrayil juga dihancurkan oleh separatis Armenia.

Sambil menahan air mata, Imanov bercerita bahwa kuburan kakeknya yang berada di distrik Fuzuli dibakar, dirusak, dan digali. Tak ada tulang-tulang mendiang kakeknya yang tersisa. Semuanya hancur tak berbekas.

Ia mengatakan penghancuran kuburan Azerbaijan dikonfirmasi oleh ribuan foto yang diambil oleh foto jurnalis atau pengamat asing.

Kembali ke pangkuan Azerbaijan

Setelah puluhan tahun Aghdam diduduki oleh Armenia, kota yang memiliki makna “rumah putih” itu akhirnya kembali ke pangkuan Azerbaijan.

Pasukan Armenia menduduki sebagian besar distrik Aghdam, termasuk kota dan 89 desa, yang mencakup sekitar 73 persen wilayah distrik tersebut, pada 23 Juli 1993.

Area pendudukan diratakan dengan tanah. Sejumlah kecil desa di Distrik Aghdam tetap berada di bawah kendali Azerbaijan setelah pendudukan Armenia, ujar Imanov.

Selama 5 tahun pertempuran berdarah untuk mempertahankan Aghdam, sebanyak 5.897 orang tewas, 3.531 menjadi cacat, dan 1.871 anak menjadi yatim piatu.

Ribuan orang menjadi cacat fisik, lebih dari 126 ribu (1993) warga Aghdam mengungsi dari tanah airnya.

Pada 29 Juli 1993, Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi 853, berdasarkan laporan Mario Rafaelli, mantan Ketua OSCE Minsk Group.

- Advertisement -

Resolusi itu mengutuk pendudukan Aghdam, menyerukan penarikan pasukan pendudukan segera, lengkap, dan tanpa syarat dari daerah tersebut dan untuk kembalinya pengungsi ke rumah mereka

Imanov mengatakan sebagian besar monumen yang ditinggalkan di wilayah pendudukan ini telah hancur seluruhnya atau sebagian

Museum telah dijarah, monumen dan artefak dicuri dan diangkut ke tempat lain.

Beberapa museum yang hancur, antara lain, Museum Roti, Museum Sejarah dan Geografi, Museum Pemain tar terkenal Gurban Pirimov, dan Galeri Seni.

Masjid Juma, lanjut Imanov, sebuah monumen arsitektur dan keagamaan kuno di pusat kota Aghdam–satu-satunya masjid di distrik ini– juga mengalami kerusakan parah.

Ia mengatakan langit-langit hancur dan prasasti dinding terhapus seluruhnya di Masjid Juma.

Karena vandalisme Armenia pada tahun 2008, majalah Lonely Planet menyebut Aghdam sebagai “Hiroshima Kaukasus”, kata dia.

Imanov juga mengatakan bahwa puluhan kuburan di distrik Aghdam tak luput dari kehancuran. Batu nisan dihancurkan dengan palu atau benda serupa lainnya. Kuburan digali untuk mencari gigi emas dari jasad-jasad yang sudah dikubur.

Sambil berjalan melewati salah satu kuburan di Aghdam, ia mengungkapkan seluruh kuburan dibakar sebelum mereka (orang Armenia) pergi.

Mereka menggali di dalam kuburan, mengambil tulang-tulangnya. Ini adalah nisan lain di sini, hancur total. Inilah yang mereka lakukan. Mereka membakarnya sebelum pergi. Mereka membakar seluruh kuburan. Mereka juga membakar hutan dan bangunan. Ini adalah contoh dari apa yang telah mereka lakukan terhadap semua kuburan Azerbaijan di wilayah Karabakh, ujar Imanov.

Batu nisan bahkan digunakan untuk membangun tangga rumah orang Armenia.

Tak hanya di Aghdam, puluhan kuburan di distrik Fuzuli, Zangilan, Kalbajar, dan Jabrayil juga dihancurkan oleh separatis Armenia.

Sambil menahan air mata, Imanov bercerita bahwa kuburan kakeknya yang berada di distrik Fuzuli dibakar, dirusak, dan digali. Tak ada tulang-tulang mendiang kakeknya yang tersisa. Semuanya hancur tak berbekas.

Ia mengatakan penghancuran kuburan Azerbaijan dikonfirmasi oleh ribuan foto yang diambil oleh foto jurnalis atau pengamat asing.

Kembali ke pangkuan Azerbaijan

Setelah puluhan tahun Aghdam diduduki oleh Armenia, kota yang memiliki makna “rumah putih” itu akhirnya kembali ke pangkuan Azerbaijan.

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img