Radartuban.jawapos.com – Alun-Alun Tuban sisi utara yang baru selesai direnovasi, menyedot animo masyarakat untuk nongkrong atau sekadar jalan-jalan. Problem sosial yang dipicu dari perilaku pengunjung yang tidak peduli lingkungan pun muncul. Salah satunya sampah bertebaran. Keluhan kotornya fasilitas umum tersebut berusaha diatasi komunitas Tuban Humanity dengan menggelar gerakan bersih-bersih.

YUDHA SATRIA ADITAMA, Tuban, Radar Tuban

SREK… srek… srek… Suara gesekan sapu lidi di Alun-Alun Tuban sisi utara itu terdengar lebih sering dari biasanya. Sabtu (18/3) mulai pukul 14.00, sekitar 13 orang terlihat menyapu lantai RTH yang baru selesai direnovasi tersebut. Sebagian tampak memunguti sampah hanya bermodal sarung tangan. Beberapa membawa kantong kresek merah untuk memasukkan sampah yang dipungut ke dalamnya.

Mereka bukanlah pasukan kuning. Melainkan para anggota Tuban Humanity, komunitas para pemuda Bumi Ronggolawe yang bergerak di bidang sosial. Sore itu, anggota komunitas tersebut berkumpul untuk menggelar aksi sosial membersihkan alun-alun. Hanya sekitar dua jam, terkumpul sampah dalam 32 kantong kresek merah jumbo. Sampah bungkus dan sisa jajanan mendominasi isi kantong kresek tersebut. Setelah bersih, sampah diserahkan ke mobil pengangkut.

Hadi Purwanto, 46, ketua Tuban Humanity mengatakan, aksi membersihkan alun-alun tersebut muncul atas inisiatif sejumlah  anggota yang risih dengan komentar para warganet. Hampir setiap hari, media sosial (medsos) diramaikan dengan komentar tentang sampah yang menumpuk di taman yang berdampingan dengan Pantai Boom tersebut. ‘’Daripada hanya mengeluh dan mencaci di medsos, lebih baik beraksi nyata untuk kepentingan bersama,’’ tuturnya.

Pria yang tinggal di Desa Prunggahan Wetan, Kecamatan Semanding itu  mengatakan, Tuban Humanity awalnya adalah komunitas yang bergerakan membantu kaum duafa. Namun, setelah melihat fenomena minimnya kesadaran menjaga ruang publik, dia mulai prihatin dan melakukan aksi nyata dengan terjun ke lokasi-lokasi yang dikeluhkan banyak sampah tersebut. ‘’Tidak perlu saling menyalahkan, yang penting bisa beraksi nyata,’’ kata dia.

Pengusaha legen kemasan itu mengaku ingin memberi contoh nyata yang baik bagi masyarakat Bumi Ronggolawe. Menurut dia, tidak ada yang salah dalam gerakan sosial memunguti sampah di fasilitas umum. Toh, pemerintah juga sudah menyediakan tempat publik yang menyenangkan untuk digunakan kumpul bersama keluarga dan orang tersayang. ‘’Jadi tugas kita sebenarnya hanya menjaga. Jika tidak bisa menjaga, minimal tidak mengotori,’’ ucapnya.

Hadi, sapaan akrabnya, berharap gerakan yang diinisiatori bersama teman-teman komunitasnya tersebut dapat menjadi inspirasi kelompok lain. Setidaknya, kepada pengunjung alun-alun agar merasa malu jika akan membuang sampah sembarangan lagi. Dia memastikan aksi bersih-bersih tersebut tidak berhenti sekali itu saja. Dia mengagendakan kegiatan yang sama minimal dua pekan sekali. Sasarannya fasilitas publik yang ramai dikunjungi masyarakat, namun minim kesadaran menjaga dan merawat.

Bapak tiga anak itu mengatakan, untuk satu kali aksi, dia hanya modal kantong kresek, sapu lidi, dan sarung tangan. Nilainya tak lebih dari Rp 50 ribu. Dia yakin gerakan yang murah tersebut akan membawa dampak besar bagi lingkungan dan masyarakat. Selain anggota komunitas, Hadi mengaku terbuka bagi masyarakat Tuban yang tertarik dengan aksi sosial tersebut. ‘’Tiap akan aksi, kami selalu tawarkan ke masyarakat siapa saja boleh gabung,’’ ujarnya. (*/ds)