spot_img
spot_img

Meski Alami Penurunan, Angka Kemiskinan Tuban Masih Bertahan di Urutan Kelima

spot_img

Radartuban.jawapos.com – Pemkab Tuban harus bekerja keras lagi untuk menurunkan angka kemiskinan. Pasalnya, meski tahun ini berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Tuban, angka kemiskinan mengalami penurunan cukup signifikan dari 16,32 persen pada 2021 menjadi 15,32 persen tahun ini, tapi belum membuat posisi Bumi Ronggolawe beranjak dari urutan termiskin lima terbawah di Jatim.

Dikonfirmasi Jawa Pos Radar Tuban, Kepala BPS Tuban Eko Mardiana mengatakan, sulitnya Tuban beranjak dari urutan lima terbawah, karena tahun ini bukan hanya Tuban yang mengalami penurunan angka kemiskinan. Kabupaten/ kota lain di Jatim juga berjibaku menurunkan angka kemiskinan.

‘’Jadi penurunan bukan hanya Tuban, tapi 38 kabupaten/ kota lain tahun ini juga mengalami penurunan cukup signifikan. Bupatinya tentu tidak mau angka kemiskinan di daerahnya tetap,’’ ujarnya.

Eko, panggilan akrabnya, kemudian mencontohkan skala besar kemiskinan di Jawa Timur yang tahun ini juga mengalami penurunan 1,02 persen. Begitu juga perekonomian di Jatim pasca pandemi Covid-19, kata dia, bergeliat.

Salah satu upaya meningkatkan perekonomian adalah digelontorkannya bantuan dari pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Eko menegaskan, kalau Tuban ingin mengejar kabupaten kota lain, maka Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky harus bekerja lebih keras lagi. Paling tidak, penurunan angka kemiskinan harus lima persen.

‘’Itu sangat sulit,’’ ujar lulusan Universitas Jember itu.
Eko kemudian mencontohkan Kabupaten Banyuwangi yang membutuhkan waktu lama untuk mengubah image dari kabupaten miskin menjadi kabupaten kaya.

‘’Mengubah kabupaten membutuhkan waktu yang sangat lama, karena ini hubungannya dengan masyarakat banyak,’’ kata dia.

Lebih lanjut, Eko menerangkan, problem kemiskinan sangat kompleks. Bukan hanya soal angka naik dan turun, namun juga soal pendidikan, ekonomi, dan kesehatan.  Semua indikator tersebut saling terhubung.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Pem berdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Dinsos P3A PMD) Tuban Eko Julianto mengatakan, saat ini yang terpenting adalah angka kemiskinan di Tuban mengalami penurunan yang cukup signifikan.

Menurut dia, capaian dari hasil ikhtiar pemkab tersebut patut disyukuri. Eko, panggilan akrabnya, mengakui pemkab masih perlu upaya keras dan konsisten untuk menurunkan kemiskinan tahun depan.

Perlu diketahui, persentase penduduk miskin di Bumi Ronggolawe mengalami penurunan dari 16,31 persen pada Maret 2021 menjadi 15,02 persen pada Maret 2022.

Jumlah penduduk miskin pada Maret 2022 mencapai 178,05 ribu jiwa. Jumlah tersebut berkurang 14,53 ribu jiwa bila dibandingkan dengan kondisi Maret 2021 yang angkanya masih 192,58 ribu jiwa.

Sementara itu, garis kemiskinan di Tuban pada Maret 2022 sebesar Rp 421.287,00 per kapita per bulan. Angka tersebut bertambah sebesar Rp 33.111,00 per kapita per bulan atau meningkat sebesar 8,53 persen bila dibandingkan kondisi Maret 2021 yang masih Rp 388.176,00.

Indeks kedalaman kemiskinan (P1) Ka bupaten Tuban Maret 2022 sebesar 2,89 mengalami penurunan sebesar 0,37 poin di ban dingkan Maret 2021, yakni 3,26.

Indeks keparahan kemiskinan (P2) Kabupaten Tuban Maret 2022 sebesar 0,81, mengalami penu runan sebesar 0,05 poin diban dingkan Maret 2021 sebesar 0,86. (fud/ds)

Radartuban.jawapos.com – Pemkab Tuban harus bekerja keras lagi untuk menurunkan angka kemiskinan. Pasalnya, meski tahun ini berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Tuban, angka kemiskinan mengalami penurunan cukup signifikan dari 16,32 persen pada 2021 menjadi 15,32 persen tahun ini, tapi belum membuat posisi Bumi Ronggolawe beranjak dari urutan termiskin lima terbawah di Jatim.

Dikonfirmasi Jawa Pos Radar Tuban, Kepala BPS Tuban Eko Mardiana mengatakan, sulitnya Tuban beranjak dari urutan lima terbawah, karena tahun ini bukan hanya Tuban yang mengalami penurunan angka kemiskinan. Kabupaten/ kota lain di Jatim juga berjibaku menurunkan angka kemiskinan.

‘’Jadi penurunan bukan hanya Tuban, tapi 38 kabupaten/ kota lain tahun ini juga mengalami penurunan cukup signifikan. Bupatinya tentu tidak mau angka kemiskinan di daerahnya tetap,’’ ujarnya.

Eko, panggilan akrabnya, kemudian mencontohkan skala besar kemiskinan di Jawa Timur yang tahun ini juga mengalami penurunan 1,02 persen. Begitu juga perekonomian di Jatim pasca pandemi Covid-19, kata dia, bergeliat.

Salah satu upaya meningkatkan perekonomian adalah digelontorkannya bantuan dari pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

- Advertisement -

Eko menegaskan, kalau Tuban ingin mengejar kabupaten kota lain, maka Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky harus bekerja lebih keras lagi. Paling tidak, penurunan angka kemiskinan harus lima persen.

‘’Itu sangat sulit,’’ ujar lulusan Universitas Jember itu.
Eko kemudian mencontohkan Kabupaten Banyuwangi yang membutuhkan waktu lama untuk mengubah image dari kabupaten miskin menjadi kabupaten kaya.

‘’Mengubah kabupaten membutuhkan waktu yang sangat lama, karena ini hubungannya dengan masyarakat banyak,’’ kata dia.

Lebih lanjut, Eko menerangkan, problem kemiskinan sangat kompleks. Bukan hanya soal angka naik dan turun, namun juga soal pendidikan, ekonomi, dan kesehatan.  Semua indikator tersebut saling terhubung.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Pem berdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Dinsos P3A PMD) Tuban Eko Julianto mengatakan, saat ini yang terpenting adalah angka kemiskinan di Tuban mengalami penurunan yang cukup signifikan.

Menurut dia, capaian dari hasil ikhtiar pemkab tersebut patut disyukuri. Eko, panggilan akrabnya, mengakui pemkab masih perlu upaya keras dan konsisten untuk menurunkan kemiskinan tahun depan.

Perlu diketahui, persentase penduduk miskin di Bumi Ronggolawe mengalami penurunan dari 16,31 persen pada Maret 2021 menjadi 15,02 persen pada Maret 2022.

Jumlah penduduk miskin pada Maret 2022 mencapai 178,05 ribu jiwa. Jumlah tersebut berkurang 14,53 ribu jiwa bila dibandingkan dengan kondisi Maret 2021 yang angkanya masih 192,58 ribu jiwa.

Sementara itu, garis kemiskinan di Tuban pada Maret 2022 sebesar Rp 421.287,00 per kapita per bulan. Angka tersebut bertambah sebesar Rp 33.111,00 per kapita per bulan atau meningkat sebesar 8,53 persen bila dibandingkan kondisi Maret 2021 yang masih Rp 388.176,00.

Indeks kedalaman kemiskinan (P1) Ka bupaten Tuban Maret 2022 sebesar 2,89 mengalami penurunan sebesar 0,37 poin di ban dingkan Maret 2021, yakni 3,26.

Indeks keparahan kemiskinan (P2) Kabupaten Tuban Maret 2022 sebesar 0,81, mengalami penu runan sebesar 0,05 poin diban dingkan Maret 2021 sebesar 0,86. (fud/ds)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img