spot_img
spot_img

Menikmati Pedasnya Welut Cemplon di Desa Tuwiriwetan, Kecamatan Merakurak

spot_img

Selain rajungan, belut juga salah satu kuliner khas Tuban. Menikmati kuliner yang satu ini seperti tidak ada habisnya. Di Kota Legen, menu sejenis ikan ini mampu disajikan dengan bermacam variasi olahan. Salah satu kuliner belut yang sudah melegenda adalah Welut Cemplon.

BELUM lengkap rasanya ketika berkunjung ke Tuban tidak menikmati kuliner belut yang satu ini. Lokasi Welut Cemplon berada di Desa Tuwiriwetan, Kecamatan Merakurak. Dari pusat Kota Tuban, jaraknya kurang lebih sekitar 6 kilometer ke arah barat.

Meski melegenda, tapi jangan berangan bahwa lokasi warung Welut Cemplon ini strategis. Layaknya rumah makan di pinggir jalan raya dengan bangunan megah. Jika anda menggambarkan demikian, anda salah. Potret bangunan warung belut yang satu ini tampak seadanya dan sederhana. Masih seatap dengan rumah pemilik warung, dan hanya berlantaikan paving, bukan keramik. Itupun baru setahun belakangan setelah berlantaikan tanah.

Bukan hanya bangunan warungnya yang sederhana. Untuk sampai di lokasi juga melalui jalan yang cukup sempit. Jalan menuju lokasi hanya cukup untuk satu mobil. Ketika sisipan, harus ada yang mengalah untuk menepi hingga bahu jalan.

Kendati tampak sederhana dan apa adanya tersebut. Namun, soal rasa belut yang satu ini tidak perlu diragukan. Apalagi yang gemar kuliner pedas. Dijamin pasti ketagihan dengan pedasanya. Tidak heran, kuliner belut yang satu ini banyak dicari. Bahkan, tidak jarang pada akhir pekan banyak pengunjung yang datang dari luar Tuban. Tentu, sembari jalan-jalan menikmati suasan Kota Legen.

Ciri-ciri belut yang satu ini dimasak sedikit nyemek dengan banyak rempah-rempah. Selanjutnya belut disajikan dalam mangkok. Semakin lengkap rasanya ketika dimakan dengan nasi jagung. Siapa saja yang melihat sajian belut satu ini pasti menelan ludah. Terlebih, bagi yang suka pedas. Namun, saya sarankan bagi yang tidak kuat makan pedas, lebih baik hanya mencicipi saja.

Sumarmi, pemilik warung mengatakan, sudah mengeluti kuliner belut sejak 1990-an atau sudah berlangsung sekitar 32 tahun. Terhitung sejak anak pertamanya masih kecil hingga saat ini sudah dewasa dan memiliki anak. ‘’Dulu memulai itu saya sehari hanya belut 9 kilogram, sekarang rata-rata sudah 40 kilogram per hari,’’ katanya ketika Jawa Pos Radar Tuban bertandang menikmati kuliner khas Tuban yang satu ini.

Semula Sumarmi tidak menyangka warungnya akan bertahan hingga sekarang. Awalnya memang tidak banyak yang menyukai kuliner belut. Namun, dengan ke-khasan bumbu yang disajikan, ternyata banyak suka. Titik bisnis kulinernya berkembang pesat itu terjadi saat memulai pembangunan pabrik Semen Gresik sekitar 25 tahun lalu. Lokasi pabrik tidak jauh dari warungnya. Saat itu, banyak sekali pegawai pabrik semen singgah di warungnya. Dari situ, mulailah permintaan naik drastis hingga saa ini. ‘’Alhamdulillah masih terus ramai,’’ katanya bersyukur.

Seiring dengan berjalannya waktu, kini ibu dua anak itu sudah memiliki banyak pelanggan setia. Tidak hanya dari Tuban, tapi juga luar Tuban, seperti Bojonegoro, Lamongan, Blora, Rembang. Bahkan, tidak jarang dari Surabaya dan Malang, juga sering singgah di warungnya untuk menikmati belut masakannya. ‘’Kalau pelanggan lama yang datang kembali, itu pasti mengatakan bahwa rasanya tidak berubah dan tetap sama seperti dulu,’’ ujarnya.(fud/tok)

Selain rajungan, belut juga salah satu kuliner khas Tuban. Menikmati kuliner yang satu ini seperti tidak ada habisnya. Di Kota Legen, menu sejenis ikan ini mampu disajikan dengan bermacam variasi olahan. Salah satu kuliner belut yang sudah melegenda adalah Welut Cemplon.

BELUM lengkap rasanya ketika berkunjung ke Tuban tidak menikmati kuliner belut yang satu ini. Lokasi Welut Cemplon berada di Desa Tuwiriwetan, Kecamatan Merakurak. Dari pusat Kota Tuban, jaraknya kurang lebih sekitar 6 kilometer ke arah barat.

Meski melegenda, tapi jangan berangan bahwa lokasi warung Welut Cemplon ini strategis. Layaknya rumah makan di pinggir jalan raya dengan bangunan megah. Jika anda menggambarkan demikian, anda salah. Potret bangunan warung belut yang satu ini tampak seadanya dan sederhana. Masih seatap dengan rumah pemilik warung, dan hanya berlantaikan paving, bukan keramik. Itupun baru setahun belakangan setelah berlantaikan tanah.

Bukan hanya bangunan warungnya yang sederhana. Untuk sampai di lokasi juga melalui jalan yang cukup sempit. Jalan menuju lokasi hanya cukup untuk satu mobil. Ketika sisipan, harus ada yang mengalah untuk menepi hingga bahu jalan.

Kendati tampak sederhana dan apa adanya tersebut. Namun, soal rasa belut yang satu ini tidak perlu diragukan. Apalagi yang gemar kuliner pedas. Dijamin pasti ketagihan dengan pedasanya. Tidak heran, kuliner belut yang satu ini banyak dicari. Bahkan, tidak jarang pada akhir pekan banyak pengunjung yang datang dari luar Tuban. Tentu, sembari jalan-jalan menikmati suasan Kota Legen.

- Advertisement -

Ciri-ciri belut yang satu ini dimasak sedikit nyemek dengan banyak rempah-rempah. Selanjutnya belut disajikan dalam mangkok. Semakin lengkap rasanya ketika dimakan dengan nasi jagung. Siapa saja yang melihat sajian belut satu ini pasti menelan ludah. Terlebih, bagi yang suka pedas. Namun, saya sarankan bagi yang tidak kuat makan pedas, lebih baik hanya mencicipi saja.

Sumarmi, pemilik warung mengatakan, sudah mengeluti kuliner belut sejak 1990-an atau sudah berlangsung sekitar 32 tahun. Terhitung sejak anak pertamanya masih kecil hingga saat ini sudah dewasa dan memiliki anak. ‘’Dulu memulai itu saya sehari hanya belut 9 kilogram, sekarang rata-rata sudah 40 kilogram per hari,’’ katanya ketika Jawa Pos Radar Tuban bertandang menikmati kuliner khas Tuban yang satu ini.

Semula Sumarmi tidak menyangka warungnya akan bertahan hingga sekarang. Awalnya memang tidak banyak yang menyukai kuliner belut. Namun, dengan ke-khasan bumbu yang disajikan, ternyata banyak suka. Titik bisnis kulinernya berkembang pesat itu terjadi saat memulai pembangunan pabrik Semen Gresik sekitar 25 tahun lalu. Lokasi pabrik tidak jauh dari warungnya. Saat itu, banyak sekali pegawai pabrik semen singgah di warungnya. Dari situ, mulailah permintaan naik drastis hingga saa ini. ‘’Alhamdulillah masih terus ramai,’’ katanya bersyukur.

Seiring dengan berjalannya waktu, kini ibu dua anak itu sudah memiliki banyak pelanggan setia. Tidak hanya dari Tuban, tapi juga luar Tuban, seperti Bojonegoro, Lamongan, Blora, Rembang. Bahkan, tidak jarang dari Surabaya dan Malang, juga sering singgah di warungnya untuk menikmati belut masakannya. ‘’Kalau pelanggan lama yang datang kembali, itu pasti mengatakan bahwa rasanya tidak berubah dan tetap sama seperti dulu,’’ ujarnya.(fud/tok)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img