spot_img
spot_img

Motif Batik Paren Khas Plumpang-Tuban, Ini Sejarah Penemuannya

spot_img

Radartuban.jawapos.com – Ancaman menyusut hingga hilangnya generasi pembatik di Kota Legen disadari Komunitas Pemuda Bergerak Plumpang. Menyikapi hal tersebut, komunitas bergerak di bidang literasi itu menggelar pelatihan membatik bagi anak-anak dengan motif temuan sendiri. Motif itu dinamai ‘Paren’. Khas Plumpang.

Langkah mengenalkan tata cara pembuatan batik kepada anak-anak itu dimulai sejak Jumat (3/6). Salah satu penggawa Komunitas Pemuda Bergerak Plumpang Bambang Budiono mengemukakan, kegiatan tersebut sengaja digelar untuk mengenalkan batik kepada anak-anak agar generasi era ini—wabil khusus di Kecamatan Plumpang—tidak punya keterputusan dengan batik. Utamanya, dengan cara membuat produk kesenian tersebut.

‘’Saat ini, semakin banyak anak tidak mengerti bagaimana proses membuat batik,’’ resahnya kepada Jawa Pos Radar Tuban kemarin (11/6).

Pria asal Desa/Kecamatan Plumpang ini menyebutkan, apabila anak-tidak pernah tahu bagaimana cara membuat batik, kelestarian batik terancam hilang. Sejauh ini, lanjut Bambang, para pembatik yang ada rata-rata berusia tua. Para pembatik muda tebilang jarang.

Sarjana pendidikan bahasa dan sastra Indonesia ini memproyeksikan, di masa mendatang pembatik tua akan hilang, pembatik muda menjadi tua, dan anak-anak yang saat ini dikenalkan dengan tata cara membuat batik, berpotensi besar menggantikan para pembatik muda yang menjadi tua.

‘’Intinya, kegiatan mengajarkan proses membatik kepada anak-anak ini merupakan upaya regenerasi. Berharap pembatik di masa mendatang, selalu ada,’’ tegasnya.

Ditanya ihwal antusias anak-anak terhadap pelatihan membatik itu, sarjana lulusan Universitas Ronggolawe Tuban ini mengemukakan, cukup tinggi. Sejak kali pertama digelar, yang konsisten mengikuti jumlahnya 10—20 anak usia SD.

Hingga kemarin, terang Bambang, tercatat sudah enam kali pelatihan membatik itu dilakukan di rumah baca yang dikelola komunitasnya di desa setempat. Enam kali pertemuan itu masing-masing berisi pengenalan teori, pengenalan alat dan bahan, pengenalan teknik blat, teknik canting, teknik malam, dan teknik warna.

‘’Secara seremoni, pelatihan akan berakhir hari ini. Namun, secara harfiah kami ingin melanjutkannya dengan pembuatan kelas khusus membatik,’’ jelasnya.

Mantan guru ini meneruskan, jika kelas membatik itu berhasil dibuka, maka kegiatan membatik akan dilangsungkan seminggu sekali. Layaknya kelas menggambar, menari, dan berpantomim yang sudah berjalan setahun terakhir. Ditanya motif batik apa yang digarap anak-anak, Bambang mengungkapkan, motifnya bernama Paren.

Motif batik itu khas Kecamatan Plumpang. Ditemukan beberapa waktu lalu melalui riset, kajian, dan musyawarah dengan tokoh-tokoh masyarakat setempat.

‘’Butuh waktu sekitar satu tahun untuk menemukan motif Paren ini,’’ imbuhnya.

Karena penemuannya demokratis, Bambang mengatakan, motif Paren tidak banyak mendapat sanggahan. Menurutnya, masyarakat Plumpang relatif sepakat dengan motif tersebut. Apabila ada yang tidak setuju, dia menyatakan, bisa memberi penjelasan rasional dan historial ihwal motif tersebut.

Paling pokok misalnya, motif Paren dipilih karena latar belakang Plumpang sebagai lumbung padi. Sebab itu, motifnya serupa padi yang menjuntai-juntai.

‘’Untuk nama Paren sendiri, itu disarikan dari kata ‘pari’ yang berarti padi,’’ jelasnya.

Sebagai bentuk keseriusan atas penemuan dan penentuan motif batik itu, komunitas Pemuda Bergerak Plumpang akan melegitimasikannya awal Juli mendatang. Dia mengatakan, seremoni penobatan motif batik itu akan dibarengkan dengan Festival Tandur yang akan berlangsung selama tiga hari. Untuk tanggal pasti acaranya, kata dia, sementara ini belum bisa dipastikan. Masih menunggu keputusan para petani. Hendak mulai tandur pada tanggal
berapa. (sab/tok)

Radartuban.jawapos.com – Ancaman menyusut hingga hilangnya generasi pembatik di Kota Legen disadari Komunitas Pemuda Bergerak Plumpang. Menyikapi hal tersebut, komunitas bergerak di bidang literasi itu menggelar pelatihan membatik bagi anak-anak dengan motif temuan sendiri. Motif itu dinamai ‘Paren’. Khas Plumpang.

Langkah mengenalkan tata cara pembuatan batik kepada anak-anak itu dimulai sejak Jumat (3/6). Salah satu penggawa Komunitas Pemuda Bergerak Plumpang Bambang Budiono mengemukakan, kegiatan tersebut sengaja digelar untuk mengenalkan batik kepada anak-anak agar generasi era ini—wabil khusus di Kecamatan Plumpang—tidak punya keterputusan dengan batik. Utamanya, dengan cara membuat produk kesenian tersebut.

‘’Saat ini, semakin banyak anak tidak mengerti bagaimana proses membuat batik,’’ resahnya kepada Jawa Pos Radar Tuban kemarin (11/6).

Pria asal Desa/Kecamatan Plumpang ini menyebutkan, apabila anak-tidak pernah tahu bagaimana cara membuat batik, kelestarian batik terancam hilang. Sejauh ini, lanjut Bambang, para pembatik yang ada rata-rata berusia tua. Para pembatik muda tebilang jarang.

Sarjana pendidikan bahasa dan sastra Indonesia ini memproyeksikan, di masa mendatang pembatik tua akan hilang, pembatik muda menjadi tua, dan anak-anak yang saat ini dikenalkan dengan tata cara membuat batik, berpotensi besar menggantikan para pembatik muda yang menjadi tua.

- Advertisement -

‘’Intinya, kegiatan mengajarkan proses membatik kepada anak-anak ini merupakan upaya regenerasi. Berharap pembatik di masa mendatang, selalu ada,’’ tegasnya.

Ditanya ihwal antusias anak-anak terhadap pelatihan membatik itu, sarjana lulusan Universitas Ronggolawe Tuban ini mengemukakan, cukup tinggi. Sejak kali pertama digelar, yang konsisten mengikuti jumlahnya 10—20 anak usia SD.

Hingga kemarin, terang Bambang, tercatat sudah enam kali pelatihan membatik itu dilakukan di rumah baca yang dikelola komunitasnya di desa setempat. Enam kali pertemuan itu masing-masing berisi pengenalan teori, pengenalan alat dan bahan, pengenalan teknik blat, teknik canting, teknik malam, dan teknik warna.

‘’Secara seremoni, pelatihan akan berakhir hari ini. Namun, secara harfiah kami ingin melanjutkannya dengan pembuatan kelas khusus membatik,’’ jelasnya.

Mantan guru ini meneruskan, jika kelas membatik itu berhasil dibuka, maka kegiatan membatik akan dilangsungkan seminggu sekali. Layaknya kelas menggambar, menari, dan berpantomim yang sudah berjalan setahun terakhir. Ditanya motif batik apa yang digarap anak-anak, Bambang mengungkapkan, motifnya bernama Paren.

Motif batik itu khas Kecamatan Plumpang. Ditemukan beberapa waktu lalu melalui riset, kajian, dan musyawarah dengan tokoh-tokoh masyarakat setempat.

‘’Butuh waktu sekitar satu tahun untuk menemukan motif Paren ini,’’ imbuhnya.

Karena penemuannya demokratis, Bambang mengatakan, motif Paren tidak banyak mendapat sanggahan. Menurutnya, masyarakat Plumpang relatif sepakat dengan motif tersebut. Apabila ada yang tidak setuju, dia menyatakan, bisa memberi penjelasan rasional dan historial ihwal motif tersebut.

Paling pokok misalnya, motif Paren dipilih karena latar belakang Plumpang sebagai lumbung padi. Sebab itu, motifnya serupa padi yang menjuntai-juntai.

‘’Untuk nama Paren sendiri, itu disarikan dari kata ‘pari’ yang berarti padi,’’ jelasnya.

Sebagai bentuk keseriusan atas penemuan dan penentuan motif batik itu, komunitas Pemuda Bergerak Plumpang akan melegitimasikannya awal Juli mendatang. Dia mengatakan, seremoni penobatan motif batik itu akan dibarengkan dengan Festival Tandur yang akan berlangsung selama tiga hari. Untuk tanggal pasti acaranya, kata dia, sementara ini belum bisa dipastikan. Masih menunggu keputusan para petani. Hendak mulai tandur pada tanggal
berapa. (sab/tok)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img