spot_img
spot_img

Harga Cabai Tetap Tinggi Hingga Akhir Tahun, Simak Harganya di Akhir Paragraf

spot_img

Radartuban.jawapos.com – Mahalnya harga cabai sejak tiga pekan terakhir diprediksi sulit turun hingga beberapa hari ke depan. Kepala Bidang (Kabid) Penyuluhan dan Prasarana Pertanian Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Tuban Sri Yuniati mengemukakan, ‘’pedasnya’’ harga cabai diprediksi bertahan hingga akhir tahun.

Pejabat yang akrab disapa Yuni ini menyebut semua perkebunan cabai yang tersebar di Tuban saat ini telah habis masa produktifnya. Dan, petani baru bisa menanam cabai lagi paling cepat Oktober mendatang.

Dia menerangkan, masa tanam cabai rentangnya selama tiga bulan. Kalau dimulai Oktober, November, atau Desember 2022, diperkirakan panennya Januari, Februari, hingga Maret 2023.

Berdasarkan siklus tersebut, terang Yuni, selama Juni—Desember mendatang ketersediaan cabai di pasaran akan terus menurun karena minimnya pasokan
cabai dari petani. Hal tersebut diprediksi menyebabkan harga komoditas tersebut tetap tinggi.

‘’Harga akan susah diturunkan karena barangnya (cabai, Red) tidak melimpah,’’ terangnya saat dihubungi Jawa Pos Radar Tuban kemarin (9/6).

Menurut Yuni, selama Juni—Desember nanti yang bisa menjadi penghasil bumbu
dapur berasa pedas ini hanya tanaman-tanaman cabai yang ditanam di pematang sawah dan di tepi irigasi. Dia memproyeksikan hasil produksi dari lahan tersebut sulit melimpah.Itu karena cabai dibudidayakan sebagai tanaman sampingan atau pendamping bukan tanaman utama.

‘’Biasanya, tanaman ini untuk memenuhi kebutuhan keluarga petani itu sendiri,’’ ujarnya.

Perempuan berjilbab ini melanjutkan, problem minimnya pasokan cabai dari petani diprediksi berlangsung Juni hingga Desember. Tidak hanya di Bumi Ronggolawe. Problem yang sama diprediksi juga terjadi di seluruh wilayah Provinsi Jawa Timur (Jatim).

Penyebabnya, pola tanam dan panen tiap kabupaten/kota di Jatim hampir sama. Yuni mengemukakan, salah satu solusi yang bisa memecahkan masalah harga cabai di pasaran adalah mendatangkan pasokan cabai dari kebun di luar wilayah yang masih produktif. Wilayah tersebut juga masih belum jelas.

‘’Lihat saja perkembangannya ke depan seperti apa,’’ tuturnya.

Perlu diketahui, sampai kemarin (9/6), Sistem Informasi Ketersediaan Bahan Pokok Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jatim mencatat harga cabai di tiga pasar besar di Kabupaten Tuban (Pasar Baru, Bangilan, dan Jatirogo) masing-masing Rp 90 ribu per kilogram (kg) untuk jenis rawit, Rp 70 ribu per kg jenis keriting, Rp 60 ribu per kg jenis biasa.

Tiga pekan sebelumnya, harga komoditas tersebut berkisar Rp 50—60 ribu per kg. Sedangkan harga normalnya Rp 20—30 ribu per kg. (sab/ds)

Radartuban.jawapos.com – Mahalnya harga cabai sejak tiga pekan terakhir diprediksi sulit turun hingga beberapa hari ke depan. Kepala Bidang (Kabid) Penyuluhan dan Prasarana Pertanian Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Tuban Sri Yuniati mengemukakan, ‘’pedasnya’’ harga cabai diprediksi bertahan hingga akhir tahun.

Pejabat yang akrab disapa Yuni ini menyebut semua perkebunan cabai yang tersebar di Tuban saat ini telah habis masa produktifnya. Dan, petani baru bisa menanam cabai lagi paling cepat Oktober mendatang.

Dia menerangkan, masa tanam cabai rentangnya selama tiga bulan. Kalau dimulai Oktober, November, atau Desember 2022, diperkirakan panennya Januari, Februari, hingga Maret 2023.

Berdasarkan siklus tersebut, terang Yuni, selama Juni—Desember mendatang ketersediaan cabai di pasaran akan terus menurun karena minimnya pasokan
cabai dari petani. Hal tersebut diprediksi menyebabkan harga komoditas tersebut tetap tinggi.

‘’Harga akan susah diturunkan karena barangnya (cabai, Red) tidak melimpah,’’ terangnya saat dihubungi Jawa Pos Radar Tuban kemarin (9/6).

- Advertisement -

Menurut Yuni, selama Juni—Desember nanti yang bisa menjadi penghasil bumbu
dapur berasa pedas ini hanya tanaman-tanaman cabai yang ditanam di pematang sawah dan di tepi irigasi. Dia memproyeksikan hasil produksi dari lahan tersebut sulit melimpah.Itu karena cabai dibudidayakan sebagai tanaman sampingan atau pendamping bukan tanaman utama.

‘’Biasanya, tanaman ini untuk memenuhi kebutuhan keluarga petani itu sendiri,’’ ujarnya.

Perempuan berjilbab ini melanjutkan, problem minimnya pasokan cabai dari petani diprediksi berlangsung Juni hingga Desember. Tidak hanya di Bumi Ronggolawe. Problem yang sama diprediksi juga terjadi di seluruh wilayah Provinsi Jawa Timur (Jatim).

Penyebabnya, pola tanam dan panen tiap kabupaten/kota di Jatim hampir sama. Yuni mengemukakan, salah satu solusi yang bisa memecahkan masalah harga cabai di pasaran adalah mendatangkan pasokan cabai dari kebun di luar wilayah yang masih produktif. Wilayah tersebut juga masih belum jelas.

‘’Lihat saja perkembangannya ke depan seperti apa,’’ tuturnya.

Perlu diketahui, sampai kemarin (9/6), Sistem Informasi Ketersediaan Bahan Pokok Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jatim mencatat harga cabai di tiga pasar besar di Kabupaten Tuban (Pasar Baru, Bangilan, dan Jatirogo) masing-masing Rp 90 ribu per kilogram (kg) untuk jenis rawit, Rp 70 ribu per kg jenis keriting, Rp 60 ribu per kg jenis biasa.

Tiga pekan sebelumnya, harga komoditas tersebut berkisar Rp 50—60 ribu per kg. Sedangkan harga normalnya Rp 20—30 ribu per kg. (sab/ds)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img