spot_img
spot_img

Diperlukan Strategi Diferensiasi untuk Eksis

spot_img

TUBAN, Radar Tuban – Eksistensi media lokal dalam pusaran perubahan dikupas dalam dialog gayeng Bincang-Bincang Media; Memenangkan Media Lokal dalam Persaingan Global kemarin (28/4). Obrolan yang dikemas dalam focus group discussion tersebut digagas ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), operator lapangan minyak Banyu Urip.
Tempatnya di meeting room salah satu hotel di Tuban.

External Affair Manager EMCL Ichwan Arifin dalam pengantar diskusi tersebut mengemukakan terjadinya pusaran perubahan besar dalam dunia media di tanah
air. Dia menggambarkan aktivitas rutin beberapa orang belasan tahun lalu setelah bangun tidur. Salah satunya membaca koran sambil menyeruput kopi. Sekarang,
kata dia, seiring perkembangan teknologi informasi, membaca berita bisa menggunakan
media smartphone.

‘’Untuk menghadapi pusaran perubahan, media harus melakukan strategi diferensiasi,’’ tegasnya.

Ketua Ronggolawe Pers Solidarity (RPS) Khoirul Huda dan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Tuban Suwandi bergantian menyampaikan paparan terkait kondisi media lokal sekarang ini.

Mereka tidak hanya mengupas tumbuhnya media-media baru bak jamur di musim penghujan, namun juga tantangannya.

Kupasan mereka inilah yang dilempar SPV Media Communication Relation Sukaya Ukay,
moderator dialog tersebut untuk mendapat tanggapan dari awak media di Bumi Ronggolawe.

Mereka pun mengupas menurut sudut pandangnya. Salah satunya dari wartawan senior Tuban, Teguh Budi Utomo.

Pemred Jawa Pos Radar Tuban Dwi Setiyawan, salah satu saksi sekaligus pelaku sejarah berdirinya media lokal Jawa Pos Radar Bojonegoro di Tuban mengemukakan alasan tokoh media nasional Dahlan Iskan untuk mendirikan media lokal dengan menerbitkan Radar pada akhir 1999.

Salah satunya untuk mengawal semangat otonomi daerah pasca lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.

‘’Semangat desentralisasi kekuasaan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah inilah yang menjadi semangatnya,’’ ujarnya.

Radar Tuban yang mulai awal Januari lalu berstatus mandiri, kata dia, mengikuti strategi diferensiasi. Itu dibuktikan dengan terbitkan media ini di online, media sosial, dan Radar Tuban TV.

Dialog pun berkembang membahas strategi eksistensi media lokal. Mulai dari mengemas konten, menonjolkan muatan lokal, hingga menguatkan fungsi kontrol sosial.

Hadir pada dialog tersebut, Humas SKK Migas Jabanusa Cindy Koeshardini dan jajaran
petinggi SSK Migas Jabanusa dan petinggi EMCL lainnya. (ds)

TUBAN, Radar Tuban – Eksistensi media lokal dalam pusaran perubahan dikupas dalam dialog gayeng Bincang-Bincang Media; Memenangkan Media Lokal dalam Persaingan Global kemarin (28/4). Obrolan yang dikemas dalam focus group discussion tersebut digagas ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), operator lapangan minyak Banyu Urip.
Tempatnya di meeting room salah satu hotel di Tuban.

External Affair Manager EMCL Ichwan Arifin dalam pengantar diskusi tersebut mengemukakan terjadinya pusaran perubahan besar dalam dunia media di tanah
air. Dia menggambarkan aktivitas rutin beberapa orang belasan tahun lalu setelah bangun tidur. Salah satunya membaca koran sambil menyeruput kopi. Sekarang,
kata dia, seiring perkembangan teknologi informasi, membaca berita bisa menggunakan
media smartphone.

‘’Untuk menghadapi pusaran perubahan, media harus melakukan strategi diferensiasi,’’ tegasnya.

Ketua Ronggolawe Pers Solidarity (RPS) Khoirul Huda dan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Tuban Suwandi bergantian menyampaikan paparan terkait kondisi media lokal sekarang ini.

Mereka tidak hanya mengupas tumbuhnya media-media baru bak jamur di musim penghujan, namun juga tantangannya.

- Advertisement -

Kupasan mereka inilah yang dilempar SPV Media Communication Relation Sukaya Ukay,
moderator dialog tersebut untuk mendapat tanggapan dari awak media di Bumi Ronggolawe.

Mereka pun mengupas menurut sudut pandangnya. Salah satunya dari wartawan senior Tuban, Teguh Budi Utomo.

Pemred Jawa Pos Radar Tuban Dwi Setiyawan, salah satu saksi sekaligus pelaku sejarah berdirinya media lokal Jawa Pos Radar Bojonegoro di Tuban mengemukakan alasan tokoh media nasional Dahlan Iskan untuk mendirikan media lokal dengan menerbitkan Radar pada akhir 1999.

Salah satunya untuk mengawal semangat otonomi daerah pasca lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.

‘’Semangat desentralisasi kekuasaan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah inilah yang menjadi semangatnya,’’ ujarnya.

Radar Tuban yang mulai awal Januari lalu berstatus mandiri, kata dia, mengikuti strategi diferensiasi. Itu dibuktikan dengan terbitkan media ini di online, media sosial, dan Radar Tuban TV.

Dialog pun berkembang membahas strategi eksistensi media lokal. Mulai dari mengemas konten, menonjolkan muatan lokal, hingga menguatkan fungsi kontrol sosial.

Hadir pada dialog tersebut, Humas SKK Migas Jabanusa Cindy Koeshardini dan jajaran
petinggi SSK Migas Jabanusa dan petinggi EMCL lainnya. (ds)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img