spot_img
spot_img

Puasa “Mbanterke” Sense of Gak Isonan

spot_img

Oleh: Riza S. Habibi, S.H., M.A.P., Pengajar Yayasan Ash Shomadiyah Tuban

 

PERNYATAAN bernada marah meletup dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ketika sidak di Pabrik Minyak Goreng Semarang. Itu setelah tahu terlambatnya pasokan minyak goreng curah dari Jakarta Pusat. ”Kenapa kok bisa terlambat? Seharusnya tiga hari yang lalu sampai, kenapa? Saya malu menjadi gubernur republik ini kalau tidak becus mengurusi minyak goreng. Hampir setiap hari rakyat antre minyak goreng. Saya merasa tertampar oleh rakyat.”

Kala Ramadan tiba, ada pernyataan pejabat yang mengungkap kegetiran dan kepedihan rakyat laksana oase harapan di tengah himpitan ekonomi. Pastilah rakyat bangga dengan pernyataan tersebut. Inti puasa di samping mengendalikan diri dari hawa nafsu juga memupuk rasa empati atas sesama.

Meski di awal Ramadan Indonesia tidak baik-baik saja, kita tetap bersyukur. Nun jauh di sana ada krisis kemanusiaan yang maha dahsyat, yakni invasi Rusia ke Ukraina. Hampir 100.000 warga sipil mengalami penderitaan yang sangat dahsyat. Mulai tanpa pasokan air, padamnya listrik untuk penerangan, berhentinya pasokan BBM, terputusnya akses jalan darat karena bombardir dari Rusia, kelangkaan pangan, kelaparan berat, dan krisis kemanusiaan lainnya.

Trenyuh dan menangislah hati kita melihat tangis anak korban perang dengan luka berdarah-darah di pelipis kepalanya yang didekap ibunya. Jika hari ini kita kelaparan, lihat di sana masih banyak orang yang lebih lapar. Andai hari ini kita kekurangan, berjuta orang di luar sana lebih kekurangan. Mungkin hari ini kita susah, di sana beribu orang lebih susah daripada kita. Makna syukur inilah yang harus selalu kita tanamkan jika melihat orang-orang di bawah kita.

Sebagaimana dawuh Nabi Muhammad SAW; Undzuruu ilaa man huwa asfala minkum wa laa tandzuruu ila man huwa fauqokum. Artinya, lihatlah orang-orang di bawahmu janganlah melihat orang-orang di atasmu. Nabi Muhammad SAW sebagai sosok suri teladan kita dalam QS. At Taubah ayat 128 menjelaskan sifat kasih sayang Nabi SAW sebagai sifat gak isonan melihat derita umatnya.

”Benar-benar telah datang kepadamu seorang utusan dari golonganmu sendiri, yang tidak mampu melihat penderitaanmu, yang menginginkan sejahtera bagimu yang dengan orang-orang mukmin sangat pemaaf dan penyayang.” Itulah sifat Agung Nabi Muhammad SAW, pemimpin dan teladan kita.

Pernyataan Ganjar Pranowo yang marah-marah karena pasokan minyak goreng terlambat datang di Jawa Tengah dapat direfleksikan sebagai rasa pedih pemimpin yang melihat rakyatnya menderita karena kelangkaan minyak goreng hampir empat bulan terakhir. Kita menuntut, khususnya kepada  pemimpin negeri ini yang mendapat amanah rakyat untuk mengatur dan  mengelola republik tercinta untuk mbanterke sense of gak isonan. Di-banterke pol!

Dikisahkan, siang hari ketika terik matahari sangat menyengat, Nabi Muhammad SAW menuju suatu tempat dengan naik bighol (keledai kecil). Dalam perjalanan, nabi berpapasan dengan salah seorang sahabat yang berjalan kaki di bawah sengatan matahari. Nabi Muhammad SAW langsung turun dan mengajak sahabatnya naik bighol. Saking gembira dan senangnya mendapat tawaran dari nabi, sahabat tadi langsung naik meloncat ke bighol sampai binatang tunggangan itu akan terjatuh.

Peristiwa yang mungkin sederhana ini mengandung pesan yang mendalam bagi pemimpin kepada  umatnya. Pesan pertama, pemimpin wajib peka dengan derita rakyat. Sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW ketika mengetahui sahabatnya berjalan di bawah sengatan terik matahari yang sangat panas.

Pesan kedua, mengetahui nabi yang menawari tunggangan, sebagai ungkapan riang gembira, sahabat secara reflek naik. Itu bukti rakyat sangat mencintai pemimpinnya. Pertanyaannya, mengapa sahabat sampai pol-polan mencintai nabi? Itu karena nabi sebagai pemimpin sangat mencintai ummatnya, rakyatnya.

Ramadan adalah momentum paling puncak untuk mbanterke sense of gak isonan bagi sesama. Khususnya kepada para pemimpin negeri ini. Stop, kisah pilu rakyat antre minyak goreng. Sudah cukup kelangkaan minyak goreng terjadi di negeri yang menduduki ranking dua dunia penghasil minyak goreng ini. Jangan ditambah lagi! Rakyat sudah susah mendapatkan BBM.

Wahai pemimpin, pastikan kebutuhan dasar rakyat tersedia dan mudah diakses. Kepada pemimpin, kami berharap semoga ini terwujud. Aamiin. (*)

Oleh: Riza S. Habibi, S.H., M.A.P., Pengajar Yayasan Ash Shomadiyah Tuban

 

PERNYATAAN bernada marah meletup dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ketika sidak di Pabrik Minyak Goreng Semarang. Itu setelah tahu terlambatnya pasokan minyak goreng curah dari Jakarta Pusat. ”Kenapa kok bisa terlambat? Seharusnya tiga hari yang lalu sampai, kenapa? Saya malu menjadi gubernur republik ini kalau tidak becus mengurusi minyak goreng. Hampir setiap hari rakyat antre minyak goreng. Saya merasa tertampar oleh rakyat.”

Kala Ramadan tiba, ada pernyataan pejabat yang mengungkap kegetiran dan kepedihan rakyat laksana oase harapan di tengah himpitan ekonomi. Pastilah rakyat bangga dengan pernyataan tersebut. Inti puasa di samping mengendalikan diri dari hawa nafsu juga memupuk rasa empati atas sesama.

Meski di awal Ramadan Indonesia tidak baik-baik saja, kita tetap bersyukur. Nun jauh di sana ada krisis kemanusiaan yang maha dahsyat, yakni invasi Rusia ke Ukraina. Hampir 100.000 warga sipil mengalami penderitaan yang sangat dahsyat. Mulai tanpa pasokan air, padamnya listrik untuk penerangan, berhentinya pasokan BBM, terputusnya akses jalan darat karena bombardir dari Rusia, kelangkaan pangan, kelaparan berat, dan krisis kemanusiaan lainnya.

- Advertisement -

Trenyuh dan menangislah hati kita melihat tangis anak korban perang dengan luka berdarah-darah di pelipis kepalanya yang didekap ibunya. Jika hari ini kita kelaparan, lihat di sana masih banyak orang yang lebih lapar. Andai hari ini kita kekurangan, berjuta orang di luar sana lebih kekurangan. Mungkin hari ini kita susah, di sana beribu orang lebih susah daripada kita. Makna syukur inilah yang harus selalu kita tanamkan jika melihat orang-orang di bawah kita.

Sebagaimana dawuh Nabi Muhammad SAW; Undzuruu ilaa man huwa asfala minkum wa laa tandzuruu ila man huwa fauqokum. Artinya, lihatlah orang-orang di bawahmu janganlah melihat orang-orang di atasmu. Nabi Muhammad SAW sebagai sosok suri teladan kita dalam QS. At Taubah ayat 128 menjelaskan sifat kasih sayang Nabi SAW sebagai sifat gak isonan melihat derita umatnya.

”Benar-benar telah datang kepadamu seorang utusan dari golonganmu sendiri, yang tidak mampu melihat penderitaanmu, yang menginginkan sejahtera bagimu yang dengan orang-orang mukmin sangat pemaaf dan penyayang.” Itulah sifat Agung Nabi Muhammad SAW, pemimpin dan teladan kita.

Pernyataan Ganjar Pranowo yang marah-marah karena pasokan minyak goreng terlambat datang di Jawa Tengah dapat direfleksikan sebagai rasa pedih pemimpin yang melihat rakyatnya menderita karena kelangkaan minyak goreng hampir empat bulan terakhir. Kita menuntut, khususnya kepada  pemimpin negeri ini yang mendapat amanah rakyat untuk mengatur dan  mengelola republik tercinta untuk mbanterke sense of gak isonan. Di-banterke pol!

Dikisahkan, siang hari ketika terik matahari sangat menyengat, Nabi Muhammad SAW menuju suatu tempat dengan naik bighol (keledai kecil). Dalam perjalanan, nabi berpapasan dengan salah seorang sahabat yang berjalan kaki di bawah sengatan matahari. Nabi Muhammad SAW langsung turun dan mengajak sahabatnya naik bighol. Saking gembira dan senangnya mendapat tawaran dari nabi, sahabat tadi langsung naik meloncat ke bighol sampai binatang tunggangan itu akan terjatuh.

Peristiwa yang mungkin sederhana ini mengandung pesan yang mendalam bagi pemimpin kepada  umatnya. Pesan pertama, pemimpin wajib peka dengan derita rakyat. Sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW ketika mengetahui sahabatnya berjalan di bawah sengatan terik matahari yang sangat panas.

Pesan kedua, mengetahui nabi yang menawari tunggangan, sebagai ungkapan riang gembira, sahabat secara reflek naik. Itu bukti rakyat sangat mencintai pemimpinnya. Pertanyaannya, mengapa sahabat sampai pol-polan mencintai nabi? Itu karena nabi sebagai pemimpin sangat mencintai ummatnya, rakyatnya.

Ramadan adalah momentum paling puncak untuk mbanterke sense of gak isonan bagi sesama. Khususnya kepada para pemimpin negeri ini. Stop, kisah pilu rakyat antre minyak goreng. Sudah cukup kelangkaan minyak goreng terjadi di negeri yang menduduki ranking dua dunia penghasil minyak goreng ini. Jangan ditambah lagi! Rakyat sudah susah mendapatkan BBM.

Wahai pemimpin, pastikan kebutuhan dasar rakyat tersedia dan mudah diakses. Kepada pemimpin, kami berharap semoga ini terwujud. Aamiin. (*)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

Seperti Perangkat

Yang Sadar akan Gelisah

Hilangnya Asas Kerahasiaan

spot_img