spot_img
spot_img

Diserang Hama Ulat, Ratusan Hektare Tanaman Padi Terancam Gagal Panen

spot_img

TUBAN, Radar Tuban – Ratusan hektare lahan pertanian padi pada empat desa di Kecamatan Tuban dan Merakurak terancam gagal panen. Pemicunya, serangan hama ulat yang mengakibatkan bulir padi gabuk atau kosong.

Empat desa tersebut, Sumurgung, Kecamatan Tuban dan Kapu, Tegalrejo serta Tahulu, ketiganya di Kecamatan Merakurak.

Menurut pantauan Jawa Pos Radar Tuban, tanaman padi yang diserang hama ulat tersebut bulir padinya sudah menguning. Diperkirakan awal Maret memasuki panen.

Akibat serangan hama ulat yang terjadi serentak tersebut, bayangan para petani mendapat hasil panen yang melimpah pun sirna.

Kondisi ini membuat petani hanya bisa pasrah. Itu setelah upaya pemberantasan hama sejak awal musim tanam tak berhasil.

‘’Jadi musim padi sekarang ini kerja bakti, ngicir, tapi gak onok hasile (tanam tapi tidak ada hasilnya, Red),’’ keluh Radio, salah satu pemilik lahan padi di Desa Sumurgung kepada Jawa Pos Radar Tuban kemarin (27/2).

Padahal, menurut pria 60 tahun ini, sejak awal tanam dirinya sudah berusaha memberikan obat tanaman. Bahkan, setiap dua hari sekali selalu disemprot obat pupuk cair. Tujuannya agar padi bisa lebih subur. Setelah tanaman cukup besar, obat hama diberikan untuk proteksi semua jenis serangan hama. Upaya tersebut tak mampu mematikan hama berupa ulat kecil yang menggerogoti padi miliknya dan petani lain.

‘’Hama ulat ini tempatnya di dalam pohon padi, tepat di bagian bawah. Jadi meski disemprot tidak mempan,’’ imbuhnya.

Dia menyampaikan, biaya tanam, bibit, obat, dan pupuk yang dikeluarkan untuk lahannya seluas hampir satu hektare menghabiskan dana Rp 15 juta lebih. Karena bulir padi banyak yang gabuk, dia memerkirakan lahan sawahnya hanya mampu menghasilkan sekitar lima ton.

”Kalau tak diserang hama ya bisa delapan ton,” ujarnya.

Warkam, petani lain mengatakan, kondisi padi gabuk seperti saat ini kerap terjadi pada musim penghujan. Untuk tahun ini, kata dia,  kondisinya lebih parah dari tahun-tahun sebelumnya.

‘’Nanti saat musim kemarau pas tanam padi akan  membaik lagi hasilnya,’’ tuturnya.

Dalam kondisi tanpa diserang hama, dia mengaku lahan sawahnya bisa menghasilkan padi sekitar tiga ton setiap panen. Untuk kali ini, dia tak terlalu berharap.

‘’Mungkin hanya satu ton saja, karena kondisi parah,’’ ujarnya.

Kabid Sarana Pertanian Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKPP) Tuban Hartnovembria Susetyowati mengatakan, memang dalam musim tanam tahun ini ada beberapa wilayah yang meminta obat dengan prosedur rekomendasi dari petugas petugas pengendali organisme tumbuhan (POPT) dari masing-masing kecamatan. Jenis hawanya wereng.

Terkait kasus empat desa yang diserang hama ulat, pihaknya belum mendapat laporan.

‘’Setelah ini kami tindak lanjuti dengan konfirmasi ke petugas kami dulu,’’ ujarnya. (fud/ds)

TUBAN, Radar Tuban – Ratusan hektare lahan pertanian padi pada empat desa di Kecamatan Tuban dan Merakurak terancam gagal panen. Pemicunya, serangan hama ulat yang mengakibatkan bulir padi gabuk atau kosong.

Empat desa tersebut, Sumurgung, Kecamatan Tuban dan Kapu, Tegalrejo serta Tahulu, ketiganya di Kecamatan Merakurak.

Menurut pantauan Jawa Pos Radar Tuban, tanaman padi yang diserang hama ulat tersebut bulir padinya sudah menguning. Diperkirakan awal Maret memasuki panen.

Akibat serangan hama ulat yang terjadi serentak tersebut, bayangan para petani mendapat hasil panen yang melimpah pun sirna.

Kondisi ini membuat petani hanya bisa pasrah. Itu setelah upaya pemberantasan hama sejak awal musim tanam tak berhasil.

- Advertisement -

‘’Jadi musim padi sekarang ini kerja bakti, ngicir, tapi gak onok hasile (tanam tapi tidak ada hasilnya, Red),’’ keluh Radio, salah satu pemilik lahan padi di Desa Sumurgung kepada Jawa Pos Radar Tuban kemarin (27/2).

Padahal, menurut pria 60 tahun ini, sejak awal tanam dirinya sudah berusaha memberikan obat tanaman. Bahkan, setiap dua hari sekali selalu disemprot obat pupuk cair. Tujuannya agar padi bisa lebih subur. Setelah tanaman cukup besar, obat hama diberikan untuk proteksi semua jenis serangan hama. Upaya tersebut tak mampu mematikan hama berupa ulat kecil yang menggerogoti padi miliknya dan petani lain.

‘’Hama ulat ini tempatnya di dalam pohon padi, tepat di bagian bawah. Jadi meski disemprot tidak mempan,’’ imbuhnya.

Dia menyampaikan, biaya tanam, bibit, obat, dan pupuk yang dikeluarkan untuk lahannya seluas hampir satu hektare menghabiskan dana Rp 15 juta lebih. Karena bulir padi banyak yang gabuk, dia memerkirakan lahan sawahnya hanya mampu menghasilkan sekitar lima ton.

”Kalau tak diserang hama ya bisa delapan ton,” ujarnya.

Warkam, petani lain mengatakan, kondisi padi gabuk seperti saat ini kerap terjadi pada musim penghujan. Untuk tahun ini, kata dia,  kondisinya lebih parah dari tahun-tahun sebelumnya.

‘’Nanti saat musim kemarau pas tanam padi akan  membaik lagi hasilnya,’’ tuturnya.

Dalam kondisi tanpa diserang hama, dia mengaku lahan sawahnya bisa menghasilkan padi sekitar tiga ton setiap panen. Untuk kali ini, dia tak terlalu berharap.

‘’Mungkin hanya satu ton saja, karena kondisi parah,’’ ujarnya.

Kabid Sarana Pertanian Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKPP) Tuban Hartnovembria Susetyowati mengatakan, memang dalam musim tanam tahun ini ada beberapa wilayah yang meminta obat dengan prosedur rekomendasi dari petugas petugas pengendali organisme tumbuhan (POPT) dari masing-masing kecamatan. Jenis hawanya wereng.

Terkait kasus empat desa yang diserang hama ulat, pihaknya belum mendapat laporan.

‘’Setelah ini kami tindak lanjuti dengan konfirmasi ke petugas kami dulu,’’ ujarnya. (fud/ds)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img