spot_img
spot_img

Tuban Penghasil Jagung Terbanyak di Jawa Timur

spot_img

TUBAN, Radar Tuban-Produksi jagung di Tuban benar-benar  melimpah. Bumi Wali ditahbiskan sebagai penghasil jagung terbanyak di Jawa Timur.

Mengacu data  Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Tuban, pada 2021 produksi jagung  758.213 ton dari total luas lahan 135.762 hektare.

Produksi naik beberapa digit dibanding tahun sebelumnya 2020 yang tercatat 726.585 ton dari total luas lahan 129.750 hektare.

Kasi Pengelolaan Lahan dan Pengembangan Prasarana Pertanian DKP3 Tuban Linggo Indarto mengatakan, status Tuban sebagai kabupaten penghasil jagung nomor satu se-Jatim diakui nasional.

Terbukti, kata dia, jika terjadi kelangkaan atau menipisnya pasokan jagung nasional, pejabat pusat datang ke Bumi Wali untuk meminta menambah luas tanam dan produksi jagungnya.

”Bisa dibilang Tuban menentukan pasokan jagung nasional,” tegasnya saat dihubungi Jawa Pos Radar Tuban.

Bahkan, menurut Linggo sapaannya, ketika terjadi ketidaklancaran lalu lintas perdagangan jagung, tim satgas pangan yang terdiri dari kejaksaan, kepolisian, dan kementerian pusat pun turun ke Tuban.

Hal tersebut menunjukkan bahwa jagung merupakan bergaining yang dimiliki Kota Legen ini. Pun ketika terjadi lonjakan harga pakan pada 2021, asosiasi peternak se-Jawa Timur datang ke Tuban untuk meminta pasokan jagung.

”Dengan jagung saja, Tuban sangat berdaya,” tandasnya.

Meski hasil komoditas jagung melimpah, Tuban tidak memiliki sarana untuk mengakomodir hasil pertanian ini. Pria asal Ponorogo ini mengungkapkan, selama ini jagung-jagung yang ditanam di lahan pertanian Tuban dijual dan dilepas ke luar kabupaten. Sebagian masuk ke perusahaan multinasional Pokpand Jakarta.

Persentase jagung Tuban yang masuk perusahaan pakan ternak tersebut sekitar 60 persen per tahun. Sisanya, diambil para pembeli asal Kabupaten Lamongan untuk memasok bahan baku pabrik pakan ternak.

”Kalau Tuban punya pabrik pakan sendiri yang skalanya besar, tentu sangat bagus,” tegasnya.

Pria 41 tahun ini menyampaikan, saat ini pabrik pakan di Tuban skalanya kecil-kecil. Karena itu, hasil produksi jagung Tuban yang diserap perusahaan-perusahaan lokal tersebut sangat kecil jika dibandingkan dengan perusahaan Pokpand atau pembeli asal Lamongan.

Terkait proyeksi BUMD yang diminta mengelola pabrik jagung, sebagaimana dilontarkan Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky, Linggo menegaskan sangat sepakat. ”Itu sangat korelatif dengan potensi Tuban,” ujarnya.

Menurut dia, BUMD yang bergerak di bidang tersebut alangkah pas jika menggarap pakan ternak sebagai  usaha utamanya. Sebab, potensi ekonominya lebih tinggi dari pada garapan jagung yang lain.

Selan itu, pakan ternak merupakan industri padat karya. Jika skalanya besar, praktis dalam beroperasinya BUMD tersebut akan membuka lapangan kerja yang banyak.

Imbasnya, jagung-jagung Tuban pun tidak perlu keluar kabupaten lagi.

Linggo menandaskan, jika BUMD pengelola jagung jadi beroperasi, maka seluruh pasokan jagung hasil pertanian Tuban akan diarahkan  masuk ke BUMD tersebut.

Dengan adanya BUMD yang menaungi jagung-jagung para petani, nama Tuban tidak akan tenggelam di pasar ekspor.

Sebab, ada pembeli dari luar kota mengekspor jagung Tuban ke luar negeri dengan mengklaim jagung dari kotanya. (sab/ds)

TUBAN, Radar Tuban-Produksi jagung di Tuban benar-benar  melimpah. Bumi Wali ditahbiskan sebagai penghasil jagung terbanyak di Jawa Timur.

Mengacu data  Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Tuban, pada 2021 produksi jagung  758.213 ton dari total luas lahan 135.762 hektare.

Produksi naik beberapa digit dibanding tahun sebelumnya 2020 yang tercatat 726.585 ton dari total luas lahan 129.750 hektare.

Kasi Pengelolaan Lahan dan Pengembangan Prasarana Pertanian DKP3 Tuban Linggo Indarto mengatakan, status Tuban sebagai kabupaten penghasil jagung nomor satu se-Jatim diakui nasional.

Terbukti, kata dia, jika terjadi kelangkaan atau menipisnya pasokan jagung nasional, pejabat pusat datang ke Bumi Wali untuk meminta menambah luas tanam dan produksi jagungnya.

- Advertisement -

”Bisa dibilang Tuban menentukan pasokan jagung nasional,” tegasnya saat dihubungi Jawa Pos Radar Tuban.

Bahkan, menurut Linggo sapaannya, ketika terjadi ketidaklancaran lalu lintas perdagangan jagung, tim satgas pangan yang terdiri dari kejaksaan, kepolisian, dan kementerian pusat pun turun ke Tuban.

Hal tersebut menunjukkan bahwa jagung merupakan bergaining yang dimiliki Kota Legen ini. Pun ketika terjadi lonjakan harga pakan pada 2021, asosiasi peternak se-Jawa Timur datang ke Tuban untuk meminta pasokan jagung.

”Dengan jagung saja, Tuban sangat berdaya,” tandasnya.

Meski hasil komoditas jagung melimpah, Tuban tidak memiliki sarana untuk mengakomodir hasil pertanian ini. Pria asal Ponorogo ini mengungkapkan, selama ini jagung-jagung yang ditanam di lahan pertanian Tuban dijual dan dilepas ke luar kabupaten. Sebagian masuk ke perusahaan multinasional Pokpand Jakarta.

Persentase jagung Tuban yang masuk perusahaan pakan ternak tersebut sekitar 60 persen per tahun. Sisanya, diambil para pembeli asal Kabupaten Lamongan untuk memasok bahan baku pabrik pakan ternak.

”Kalau Tuban punya pabrik pakan sendiri yang skalanya besar, tentu sangat bagus,” tegasnya.

Pria 41 tahun ini menyampaikan, saat ini pabrik pakan di Tuban skalanya kecil-kecil. Karena itu, hasil produksi jagung Tuban yang diserap perusahaan-perusahaan lokal tersebut sangat kecil jika dibandingkan dengan perusahaan Pokpand atau pembeli asal Lamongan.

Terkait proyeksi BUMD yang diminta mengelola pabrik jagung, sebagaimana dilontarkan Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky, Linggo menegaskan sangat sepakat. ”Itu sangat korelatif dengan potensi Tuban,” ujarnya.

Menurut dia, BUMD yang bergerak di bidang tersebut alangkah pas jika menggarap pakan ternak sebagai  usaha utamanya. Sebab, potensi ekonominya lebih tinggi dari pada garapan jagung yang lain.

Selan itu, pakan ternak merupakan industri padat karya. Jika skalanya besar, praktis dalam beroperasinya BUMD tersebut akan membuka lapangan kerja yang banyak.

Imbasnya, jagung-jagung Tuban pun tidak perlu keluar kabupaten lagi.

Linggo menandaskan, jika BUMD pengelola jagung jadi beroperasi, maka seluruh pasokan jagung hasil pertanian Tuban akan diarahkan  masuk ke BUMD tersebut.

Dengan adanya BUMD yang menaungi jagung-jagung para petani, nama Tuban tidak akan tenggelam di pasar ekspor.

Sebab, ada pembeli dari luar kota mengekspor jagung Tuban ke luar negeri dengan mengklaim jagung dari kotanya. (sab/ds)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img