TUBAN – Platform dagang TikTok Shop telah resmi ditutup sejak Rabu (4/10) lalu. Penutupan dilakukan guna mematuhi peraturan pemerintah terkait larangan jual-beli di media sosial (medsos).
Berhentinya transaksi di platform ini memberikan dampak bagi pedagang yang selama ini memanfaatkan TikTok Shop. Termasuk di Tuban.
Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, dan Perdagangan (Diskopumdag) Tuban Agus Wijaya menuturkan, penutupan TikTok Shop harus dilihat dari dua sisi. Yakni, sisi pedagang online dan pedagang offline.
Dia menjelaskan, pedagang offline cenderung diuntungkan, namun dalam hal ini pedagang online terdampak kehilangan tempat untuk bertransaksi.
‘’Dua hal ini harus ditanggapi secara bijaksana karena keduanya membawa kebaikan sekaligus terdampak,’’ terangnya.
Untuk mengatasi dampak penutupan TikTok Shop, pihaknya menawarkan aplikasi PenglarisKU. Sebuah aplikasi e-commerce atau etalase belanja online.
Aplikasi itu telah dikembangkan sejak pandemi Covid-19.
‘’Untuk saat ini (aplikasi PenglarisKU, Red) masih diperbaiki. Insya Allah, satu bulan ke depan bisa digunakan lagi,’’ terang Agus—sapaan akrabnya.
Mantan Kabag Humas Pemkab Tuban itu menjelaskan, persaingan dagang yang begitu terbuka merupakan tantangan bagi Diskopumdag.
Utamanya dari sisi peningkatan pendapatan masyarakat atau dari proses pertumbuhan ekonomi.
Untuk itu, pihaknya akan terus menganalisa sejauh mana pengaru penutupan TikTok Shop di Tuban.
‘’Dengan begitu kami bisa meneruskan kebijakan baru terkait dengan proses transaksi jual beli ini,’’ imbuhnya.
Agus mengatakan, di era yang serba digital ini para pedagang harus mampu beradaptasi.
Dia berharap, seluruh pedagang pasar konvensional yang bertransaksi secara offline bisa beralih ke platform dagang online. Sehingga para pedagang tidak ketinggalan dengan cepatnya perubahan zaman.
‘’Mengubah kebiasaan memang sulit, harus ada proses dan bukti nyata untuk masyarakat kita,’’ tandasnya. (sel/yud/tok)