spot_img
spot_img

Pemkab Tuban Targetkan Angka Stunting Turun 14 Persen di Akhir Tahun

spot_img

TUBAN Stunting atau gizi buruk pada anak benar-benar mendapat perhatian Pemkab Tuban. Kasus gangguan pertumbuhan pada anak tersebut diupayakan turun setiap tahunnya.

Seperti menjelang triwulan terakhir 2023. Merujuk data Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Tuban, angka stunting di Bumi Ronggolawe selama tiga bulan terakhir  mengalami penurunan.

Diwawancarai Jawa Pos Radar Tuban, Plt Sekretaris Dinkes P2KB Tuban Atiek Supartiningsih mengatakan, pemkab menargetkan penurunan angka stunting harus mencapai 14 persen hingga akhir tahun.

Mengacu hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), dia memaparkan, prevelensi stunting di Tuban mengalami penurunan 0,2 persen dari 25,1 pada 2021 menjadi 24,9 persen (2022).

‘’Di 2023 ini masih melakukan survei dan baru diketahui hingga akhir tahun,’’ ujar Atiek.

Pejabat definitif kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Dinkes P2KB Tuban itu menjelaskan, Jawa Timur menempati posisi kedua provinsi dengan jumlah penurunan angka stunting tertinggi selama 2022. Sedangkan di Tuban, stunting masih berupaya diatasi.

“Kami sudah melakukan upaya pengurangan, sesuai arahan Presiden Jokowi dan Bupati Mas Lindra,” ujarnya.

Atiek menjelaskan, kasus stunting terbanyak ditemukan pada anak usia 2-4 tahun.

Untuk mengurangi angka anak yang kekurangan asupan nutrisi selama masa pertumbuhan tersebut, pemkab rutin melakukan penyuluhan agar orang tua peduli untuk memberikan imunisasi dan asupan gizi.

Upaya lain yang dilakukan pemkab adalah pencegahan stunting dengan melakukan tindakan langsung. Porsinya sekitar 70 persen. Sedangkan sisanya tindakan tidak langsung.

‘’Dinas lain yang masih terkait juga kami ajak bekerja sama untuk mengurangi angka stunting,” tuturnya.

Akseptor keluarga berencana (KB) dan calon pasangan nikah usia dini juga menjadi fokus utama untuk mengurangi angka kelahiran bayi yang terlahir kurang gizi.

Atiek menerangkan, kondisi pasangan yang sehat sangat memengaruhi kondisi bayi ketika lahir.

Karena itu, diperlukan pendampingan untuk calon pengantin, ibu hamil, dan pascalahir.

‘’Jika ada pasangan yang kurang sehat atau menderita anemia bisa langsung memeriksakan kesehatannya ke klinik setempat,’’ kata dia.(an/yud/ds)

TUBAN Stunting atau gizi buruk pada anak benar-benar mendapat perhatian Pemkab Tuban. Kasus gangguan pertumbuhan pada anak tersebut diupayakan turun setiap tahunnya.

Seperti menjelang triwulan terakhir 2023. Merujuk data Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Tuban, angka stunting di Bumi Ronggolawe selama tiga bulan terakhir  mengalami penurunan.

Diwawancarai Jawa Pos Radar Tuban, Plt Sekretaris Dinkes P2KB Tuban Atiek Supartiningsih mengatakan, pemkab menargetkan penurunan angka stunting harus mencapai 14 persen hingga akhir tahun.

Mengacu hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), dia memaparkan, prevelensi stunting di Tuban mengalami penurunan 0,2 persen dari 25,1 pada 2021 menjadi 24,9 persen (2022).

‘’Di 2023 ini masih melakukan survei dan baru diketahui hingga akhir tahun,’’ ujar Atiek.

- Advertisement -

Pejabat definitif kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Dinkes P2KB Tuban itu menjelaskan, Jawa Timur menempati posisi kedua provinsi dengan jumlah penurunan angka stunting tertinggi selama 2022. Sedangkan di Tuban, stunting masih berupaya diatasi.

“Kami sudah melakukan upaya pengurangan, sesuai arahan Presiden Jokowi dan Bupati Mas Lindra,” ujarnya.

Atiek menjelaskan, kasus stunting terbanyak ditemukan pada anak usia 2-4 tahun.

Untuk mengurangi angka anak yang kekurangan asupan nutrisi selama masa pertumbuhan tersebut, pemkab rutin melakukan penyuluhan agar orang tua peduli untuk memberikan imunisasi dan asupan gizi.

Upaya lain yang dilakukan pemkab adalah pencegahan stunting dengan melakukan tindakan langsung. Porsinya sekitar 70 persen. Sedangkan sisanya tindakan tidak langsung.

‘’Dinas lain yang masih terkait juga kami ajak bekerja sama untuk mengurangi angka stunting,” tuturnya.

Akseptor keluarga berencana (KB) dan calon pasangan nikah usia dini juga menjadi fokus utama untuk mengurangi angka kelahiran bayi yang terlahir kurang gizi.

Atiek menerangkan, kondisi pasangan yang sehat sangat memengaruhi kondisi bayi ketika lahir.

Karena itu, diperlukan pendampingan untuk calon pengantin, ibu hamil, dan pascalahir.

‘’Jika ada pasangan yang kurang sehat atau menderita anemia bisa langsung memeriksakan kesehatannya ke klinik setempat,’’ kata dia.(an/yud/ds)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img