spot_img
spot_img

Waspada! Fenomena EL-Nino Berdampak Kemarau Panjang dan Kekeringan

spot_img

TUBAN – Dampak fenomena El Nino tahun ini diprediksi menyebabkan musim kemarau lebih lama dan kering dibanding tiga tahun ke belakang. Imbasnya, banyak lahan  pertanian yang terancam gagal panen hingga potensi kebakaran hutan lebih luas.

Kepala BMKG Tuban Zem Irianto Padma menyampaikan, jika dirunut ke belakang sejak 2020, kemarau tahun ini diprediksi bakal lebih lama. Paling cepat hingga November dan paling lama hingga akhir tahun nanti.

‘’Selain lebih lama, musim kemarau tahun ini juga lebih kering, sehingga potensi kebakaran hutan juga cukup besar mengingat banyak daun kering yang berguguran,’’ katanya kepada Jawa Pos Radar Tuban Senin (4/9).

Sepanjang Agustus-September ini misalnya, terang Zem, suhu udara di Tuban berdasarkan pengukuran BMKG rata-rata mencapai 32,3 derajat Selsius.

Itu menyusul cuaca yang lebih kering dan tidak ada tutupan awan.

‘’Akibatnya, siang terasa lebih panas, sedangkan malam terasa lebih dingin,’’ bebernya.

Seiring kondisi cuaca yang begitu terik tersebut, Zem mengimbau agar tidak sembarangan membuang puntung rokok di lokasi rawan kebakaran.

Sebab, sedikit saja tersulut api, dedaunan yang kering kerontang akan langsung terbakar.

‘’Intinya, jangan sembarangan melakukan kegiatan yang bisa memicu kebakaran,’’ imbaunya.

Lebih lanjut, alumni Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Indonesia itu juga mengimbau agar masyarakat lebih berhemat air saat kondisi seperti ini.

‘’Gunakan air dengan bijak,’’ tandasnya. (fud/tok)

TUBAN – Dampak fenomena El Nino tahun ini diprediksi menyebabkan musim kemarau lebih lama dan kering dibanding tiga tahun ke belakang. Imbasnya, banyak lahan  pertanian yang terancam gagal panen hingga potensi kebakaran hutan lebih luas.

Kepala BMKG Tuban Zem Irianto Padma menyampaikan, jika dirunut ke belakang sejak 2020, kemarau tahun ini diprediksi bakal lebih lama. Paling cepat hingga November dan paling lama hingga akhir tahun nanti.

‘’Selain lebih lama, musim kemarau tahun ini juga lebih kering, sehingga potensi kebakaran hutan juga cukup besar mengingat banyak daun kering yang berguguran,’’ katanya kepada Jawa Pos Radar Tuban Senin (4/9).

Sepanjang Agustus-September ini misalnya, terang Zem, suhu udara di Tuban berdasarkan pengukuran BMKG rata-rata mencapai 32,3 derajat Selsius.

Itu menyusul cuaca yang lebih kering dan tidak ada tutupan awan.

- Advertisement -

‘’Akibatnya, siang terasa lebih panas, sedangkan malam terasa lebih dingin,’’ bebernya.

Seiring kondisi cuaca yang begitu terik tersebut, Zem mengimbau agar tidak sembarangan membuang puntung rokok di lokasi rawan kebakaran.

Sebab, sedikit saja tersulut api, dedaunan yang kering kerontang akan langsung terbakar.

‘’Intinya, jangan sembarangan melakukan kegiatan yang bisa memicu kebakaran,’’ imbaunya.

Lebih lanjut, alumni Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Indonesia itu juga mengimbau agar masyarakat lebih berhemat air saat kondisi seperti ini.

‘’Gunakan air dengan bijak,’’ tandasnya. (fud/tok)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img