spot_img
spot_img

Sungai Mangunjoyo Jadi Pelabuhan Dagang Internasional Ribuan Tahun Lalu

spot_img

TUBAN, Radar Tuban – Turunnya tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jawa Timur ke Tuban untuk meneliti keberadaan pelabuhan masih belum menemui titik terang. Muncul dugaan bahwa Tuban pernah memiliki lebih dari satu pelabuhan pada zaman dulu. Salah satu titik yang diduga kuat menjadi pelabuhan adalah Sungai Mangunjoyo di Kelurahan Kingking dan Kelurahan Sidomulyo, keduanya di Kecamatan Tuban.

Rony Firman Firdaus, kurator Museum Kambang Putih Tuban mengatakan, sejak tim BPCB Jatim turun ke Tuban pada akhir tahun lalu, hingga sekarang belum diputuskan titik yang diduga menjadi lokasi pelabuhan zaman dulu. Penelitian titik tersebut terkendala minimnya bukti fisik yang menguatkan.

‘’Jika acuannya harus ada bukti fisik, tidak akan ketemu di mana lokasi pelabuhan zaman dulu karena sudah ribuan tahun lalu,’’ terangnya.

Pria yang tinggal di Kelurahan Latsari, Kecamatan Tuban ini mengatakan, dari sisi historis, diduga Bumi Ronggolawe memiliki lebih dari satu pelabuhan. Hanya saja, dia mengaku kesulitan membuktikan secara literatur. Sebab, nyaris tak ada dokumen yang membuktikan hal tersebut. ‘’Keberadaan pelabuhan di Tuban  beberapa kali dikaji  BPCB Jawa Timur, tapi terkendala bukti fisik,’’ ujarnya.

Menurut kajian sementara, kata Roni, salah satu titik pelabuhan kemungkinan berada di barat Pantai Boom. Titik persisnya diperkirakan di sekitar Jembatan Mangunjoyo. Sungai Mangunjoyo tersebut memiliki aliran sungai dari laut langsung ke pemukiman warga. Pusat pemberhentiannya hingga ke Dukuh Kajongan, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Tuban.

‘’Dalam bahasa Jawa kuno, Jong memiliki arti perahu. Jadi Kajongan bisa diartikan tempat pemberhentian perahu,’’ jelasnya.

Bukankah Sungai Mangunjoyo dangkal? Sarjana arkeologi Universitas Udayana Bali ini mengatakan, Tuban menjadi pelabuhan dagang internasional sejak ribuan tahun lalu. Selama itu, perubahan alam pasti terjadi. Termasuk pendangkalan sungai.

‘’Setiap lima tahun sekali saja kita melihat banyak perubahan fenomena alam. Apalagi ini terjadi ribuan tahun lalu. Jika ingin mengkaji masa lalu, kita harus berpikiran masa lalu,’’ tuturnya.

Tidak hanya perubahan alam, perubahan budaya dan arsitektur bangunan juga terjadi tiap dekade. Dia mengatakan sebelum abad XVI, bangunan di Indonesia semuanya didominasi rumah berdinding kayu. Artinya, kantor atau bangunan perdagangan internasional di sekitar pelabuhan saat itu merupakan rumah berdinding kayu.

‘’Apa mungkin rumah berdinding kayu sekitar abad XI bisa bertahan hingga sekarang?’’ kata Roni.

Bukti yang menguatkan perairan laut Tuban pernah menjadi pelabuhan internasional, kata dia, adalah beberapa kali temuan jangkar kapal raksasa di pesisir pantai Kecamatan Jenu dan Bancar. Bahkan, salah satu peninggalan sejarah itu kini sudah disimpan di cagar budaya Sidoarjo. Satu jangkar disimpan di Museum Kambang Putih dan satu jangkar lainnya masih disimpan di Desa/Kecamatan Bancar.

‘’Apa mungkin tiba-tiba ada jangkar di Bancar, jika tidak ada kapalnya?’’ tegasnya.

Fakta-fakta sejarah tersebut, menurut Roni, menguatkan Tuban adalah pelabuhan dagang internasional sejak ribuan tahun lalu. Jumlah pelabuhannya pun lebih dari satu. Selain Sungai Mangunjoyo, titik yang diduga pernah menjadi pelabuhan zaman dulu adalah di sekitar Kecamatan Jenu dan Kecamatan Bancar.

‘’Melihat masa lampau bisa dipelajari dari ciri fisik bangunan dan pembuktian sejarah,’’ kata pria 45 tahun itu. (yud/ds)

TUBAN, Radar Tuban – Turunnya tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jawa Timur ke Tuban untuk meneliti keberadaan pelabuhan masih belum menemui titik terang. Muncul dugaan bahwa Tuban pernah memiliki lebih dari satu pelabuhan pada zaman dulu. Salah satu titik yang diduga kuat menjadi pelabuhan adalah Sungai Mangunjoyo di Kelurahan Kingking dan Kelurahan Sidomulyo, keduanya di Kecamatan Tuban.

Rony Firman Firdaus, kurator Museum Kambang Putih Tuban mengatakan, sejak tim BPCB Jatim turun ke Tuban pada akhir tahun lalu, hingga sekarang belum diputuskan titik yang diduga menjadi lokasi pelabuhan zaman dulu. Penelitian titik tersebut terkendala minimnya bukti fisik yang menguatkan.

‘’Jika acuannya harus ada bukti fisik, tidak akan ketemu di mana lokasi pelabuhan zaman dulu karena sudah ribuan tahun lalu,’’ terangnya.

Pria yang tinggal di Kelurahan Latsari, Kecamatan Tuban ini mengatakan, dari sisi historis, diduga Bumi Ronggolawe memiliki lebih dari satu pelabuhan. Hanya saja, dia mengaku kesulitan membuktikan secara literatur. Sebab, nyaris tak ada dokumen yang membuktikan hal tersebut. ‘’Keberadaan pelabuhan di Tuban  beberapa kali dikaji  BPCB Jawa Timur, tapi terkendala bukti fisik,’’ ujarnya.

Menurut kajian sementara, kata Roni, salah satu titik pelabuhan kemungkinan berada di barat Pantai Boom. Titik persisnya diperkirakan di sekitar Jembatan Mangunjoyo. Sungai Mangunjoyo tersebut memiliki aliran sungai dari laut langsung ke pemukiman warga. Pusat pemberhentiannya hingga ke Dukuh Kajongan, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Tuban.

- Advertisement -

‘’Dalam bahasa Jawa kuno, Jong memiliki arti perahu. Jadi Kajongan bisa diartikan tempat pemberhentian perahu,’’ jelasnya.

Bukankah Sungai Mangunjoyo dangkal? Sarjana arkeologi Universitas Udayana Bali ini mengatakan, Tuban menjadi pelabuhan dagang internasional sejak ribuan tahun lalu. Selama itu, perubahan alam pasti terjadi. Termasuk pendangkalan sungai.

‘’Setiap lima tahun sekali saja kita melihat banyak perubahan fenomena alam. Apalagi ini terjadi ribuan tahun lalu. Jika ingin mengkaji masa lalu, kita harus berpikiran masa lalu,’’ tuturnya.

Tidak hanya perubahan alam, perubahan budaya dan arsitektur bangunan juga terjadi tiap dekade. Dia mengatakan sebelum abad XVI, bangunan di Indonesia semuanya didominasi rumah berdinding kayu. Artinya, kantor atau bangunan perdagangan internasional di sekitar pelabuhan saat itu merupakan rumah berdinding kayu.

‘’Apa mungkin rumah berdinding kayu sekitar abad XI bisa bertahan hingga sekarang?’’ kata Roni.

Bukti yang menguatkan perairan laut Tuban pernah menjadi pelabuhan internasional, kata dia, adalah beberapa kali temuan jangkar kapal raksasa di pesisir pantai Kecamatan Jenu dan Bancar. Bahkan, salah satu peninggalan sejarah itu kini sudah disimpan di cagar budaya Sidoarjo. Satu jangkar disimpan di Museum Kambang Putih dan satu jangkar lainnya masih disimpan di Desa/Kecamatan Bancar.

‘’Apa mungkin tiba-tiba ada jangkar di Bancar, jika tidak ada kapalnya?’’ tegasnya.

Fakta-fakta sejarah tersebut, menurut Roni, menguatkan Tuban adalah pelabuhan dagang internasional sejak ribuan tahun lalu. Jumlah pelabuhannya pun lebih dari satu. Selain Sungai Mangunjoyo, titik yang diduga pernah menjadi pelabuhan zaman dulu adalah di sekitar Kecamatan Jenu dan Kecamatan Bancar.

‘’Melihat masa lampau bisa dipelajari dari ciri fisik bangunan dan pembuktian sejarah,’’ kata pria 45 tahun itu. (yud/ds)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Radartubanbisnis.com Koran Bisnis e Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Radar Tuban WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vafat2k77qVMQiRsNU3o. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

spot_img